Studi: Air Ditemukan di Debu Asteroid Isyaratkan Kehidupan di Bumi Bisa Saja Berasal dari Luar Angkasa

Amastya 24 Sep 2022, 00:28
Studi mendapatkan bahwa ada tetesan air dari potongan asterodi dan isyaratkan Bumi berasal dari angkasa /AFP
Studi mendapatkan bahwa ada tetesan air dari potongan asterodi dan isyaratkan Bumi berasal dari angkasa /AFP

RIAU24.COM - Sebuah wahana antariksa Jepang telah mengambil setitik debu dari asteroid sekitar 300 juta kilometer dari Bumi.

Hasil yang mengejutkan ditemukan bahwa dalam kandungan asteroid terdapat setetes air, kata para ilmuwan pada Jumat (23/9/22). Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa kehidupan di Bumi mungkin berasal dari luar angkasa, dan penemuan baru ini mendukungnya.

"Tetesan air ini memiliki makna yang besar," kata pemimpin ilmuwan Tomoki Nakamura dari Universitas Tohoku kepada wartawan menjelang publikasi penelitian di jurnal Science pada hari Jumat.

"Banyak peneliti percaya bahwa air dibawa (dari luar angkasa) tapi kami benar-benar menemukan air di Ryugu, sebuah asteroid dekat Bumi, untuk pertama kalinya," tambah Tomoki.

Temuan ini merupakan bagian dari penelitian terbaru yang dipublikasikan dari analisis 5,4 gram batu dan debu yang dikumpulkan oleh wahana Hayabusa-2 dari asteroid Ryugu.

Penelitian mengatakan tim menemukan setetes cairan dalam sampel Ryugu, "yang merupakan air berkarbonasi yang mengandung garam dan bahan organik", kata Tomoki.

Hayabusa-2 diluncurkan pada 2014 dalam misinya ke Ryugu, dan kembali ke orbit Bumi dua tahun lalu dengan kapsul berisi sampel. Ini telah menghasilkan beberapa wawasan, termasuk bahan organik yang menunjukkan beberapa blok bangunan kehidupan di Bumi, asam amino, mungkin telah terbentuk di luar angkasa.

Para ilmuwan percaya bahwa pengungkapan terbaru memperkuat teori bahwa asteroid seperti Ryugu, atau asteroid induknya yang lebih besar, dapat menyediakan air, yang mengandung garam dan bahan organik dalam tabrakan dengan Bumi.

"Kami telah menemukan bukti bahwa (proses) ini mungkin secara langsung terkait dengan, misalnya, asal usul lautan atau bahan organik di Bumi," pungkas Tomoki.

(***)