Timur Tengah: 39 Angka Kematian Akibat Wabah Kolera yang Terjadi di Suriah 

Zuratul 6 Oct 2022, 10:35
Potret Masyarakat Suriah yang Terkena Wabah Kolera (Foto: MinaNews)
Potret Masyarakat Suriah yang Terkena Wabah Kolera (Foto: MinaNews)

RIAU24.COM - Wabah kolera yang menjangkit warga Suriah semakin merebak. Sejak pertama kali ditemukan minggu lalu, Kementerian Kesehatan Suriah sudah mencatatkan 594 kasus terkonfirmasi dan 39 kematian yang terjadi. 

"Situasinya (wabah kolera) berkembang secara mengkhawatirkan di provinsi-provinsi yang terkena dampak dan meluas ke daerah baru," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan pada Selasa (4/10/2022). 

Sebagian besar korban meninggal akibat kolera berada di provinsi utara Aleppo. Belum begitu jelas apakah mereka tercakup dalam penghitungan kasus secara keseluruhan. Ini adalah wabah kolera besar pertama di Suriah dalam lebih dari satu dekade.

Penyakit yang sangat mematikan ini umumnya ditularkan dari makanan atau air yang terkontaminasi dan menyebabkan diare serta muntah. 

Menurut WHO, kolera dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati. Banyak dari mereka yang terinfeksi tidak bergejala atau hanya merasakan gejala ringan.

Kolera dapat menyebar di daerah permukiman yang tidak memiliki jaringan pembuangan air limbah atau air minum utama. 

Banyak infrastruktur limbah dan air bersih di Suriah hancur akibat konflik sipil yang telah berlangsung selama sekitar 11 tahun. 

Menurut PBB, hampir dua pertiga dari instalasi pengolahan air, separuh dari stasiun pompa, dan sepertiga menara air telah rusak selama konflik di Suriah berlangsung.

Sumber wabah kolera terbaru diyakini berasal dari Sungai Efrat yang telah terkontaminasi polusi limbah. Berkurangnya aliran air karena kekeringan, kenaikan suhu, dan bendungan yang dibangun oleh Turki telah memperparah masalah pencemaran.

Menurut PBB, terlepas dari kontaminasi, lebih dari lima juta dari sekitar 18 juta orang Suriah bergantung pada Efrat untuk air minum mereka. 

Wabah kolera terbaru sangat mengkhawatirkan bagi kamp pengungsian yang penuh sesak yang memiliki sedikit akses ke air bersih dan produk sanitasi.

(***)