Kesepakatan Lisensi Pertama Kali Terjadi Untuk Obat Kanker

Amastya 23 Oct 2022, 09:08
Kesepakatan lisensi pertama kali terjadi untuk obat kanker /Reuters
Kesepakatan lisensi pertama kali terjadi untuk obat kanker /Reuters

RIAU24.COM - Raksasa farmasi Novartis telah menandatangani perjanjian lisensi yang meningkatkan akses ke pengobatan leukemia vital, sebuah organisasi kesehatan masyarakat yang didukung PBB mengatakan pada hari Kamis, menandai perjanjian semacam itu untuk pertama kalinya untuk obat kanker.

Kesepakatan itu akan memberi produsen terpilih kesempatan untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasok versi generik nilotinib, obat oral dua kali sehari yang digunakan untuk mengobati leukemia myeloid kronis (CML).

"Akses ke obat-obatan kanker berkualitas tinggi adalah komponen penting dari respons kesehatan global terhadap beban kanker," kata Charles Gore, kepala Medicines Patent Pool, organisasi kesehatan masyarakat yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bekerja untuk meningkatkan akses ke obat-obatan yang menyelamatkan jiwa di negara-negara miskin.

Sementara periode paten yang tersisa untuk nilotinib relatif singkat.

“kesepakatan lisensi menetapkan preseden penting yang saya harap akan diikuti oleh perusahaan lain", kata Gore dalam sebuah pernyataan.

Presiden kesehatan dan keberlanjutan global Novartis Lutz Hegemann mengatakan, “perusahaan bangga dapat memelopori model lisensi baru ini dengan MPP".

Obat ini terdaftar dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia untuk pengobatan orang dewasa dan anak-anak di atas usia satu tahun yang menderita CML.

Zeba Aziz, seorang ahli onkologi medis di Rumah Sakit Hameed Latif di Lahore, Pakistan, mengatakan nilotinib menawarkan alternatif bagi orang-orang yang resisten atau tidak toleran terhadap imatinib, pengobatan lini pertama untuk CML, sekitar 20 persen dari mereka yang tertular penyakit tersebut.

"Saya senang lebih banyak orang di (negara berpenghasilan rendah dan menengah) akan memiliki akses ke obat kanker esensial ini," katanya dalam pernyataan itu.

Lisensi itu mencakup tujuh negara berpenghasilan menengah yaitu Mesir, Guatemala, Indonesia, Maroko, Pakistan, Filipina, dan Tunisia, di mana paten pada produk tersebut sedang menunggu atau berlaku, demikian ungkap MPP.

Koalisi Access to Oncology Medicines (ATOM) menyambut baik kesepakatan tersebut.

"Ini adalah yang pertama untuk pengobatan kanker di mana saja dan menunjukkan bahwa upaya gabungan dari sektor swasta dan publik dapat membuka jalan untuk membantu menyelamatkan jutaan nyawa," kata ketua bersama ATOM Anil D-Cruz dalam pernyataan terpisah.

(***)