Studi: Memangkas Konsumsi Daging Akan Membantu Menghindari Krisis Iklim

Amastya 27 Oct 2022, 11:10
Studi sebut memangkas konsumsi daging dapat mengurangi krisis iklim /net
Studi sebut memangkas konsumsi daging dapat mengurangi krisis iklim /net

RIAU24.COM - Penelitian baru mengklaim bahwa memangkas konsumsi daging akan membantu mengatasi krisis iklim.

Jika dunia ingin menghindari efek terburuk dari masalah iklim, konsumsi daging harus dikurangi setara dengan sekitar dua hamburger seminggu di negara maju.

Sesuai penelitian, konsumsi dan produksi daging berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim, terhitung sekitar sepertiga dari emisi karbon terkait makanan Inggris.

Untuk mengurangi dampak lingkungan dari produksi pangan, sebuah laporan yang ditugaskan oleh pemerintah tahun lalu menemukan bahwa orang harus makan daging 30 persen lebih sedikit pada akhir dekade ini.

Di daerah di mana konsumsi daging tinggi, konsumsi daging harian harus turun menjadi 79 kkal per orang pada tahun 2030 (setara dengan dua burger daging sapi per minggu) dan 60 kkal pada tahun 2050 (1,5 burger daging sapi per minggu).

Selain konsumsi daging, langkah-langkah tambahan termasuk mempercepat penghapusan batu bara sebagai sumber energi dan perluasan transportasi umum enam kali lipat lebih cepat.

Laporan baru setebal 200 halaman, menyatakan bahwa kita membutuhkan peningkatan lima kali lipat dalam tingkat transisi kita ke makanan yang lebih sehat dan lebih berkelanjutan.

Seperti dikutip Daily Mail, Ani Dasgupta, presiden dan CEO World Resources Institute, mengatakan, "Tahun ini, dunia telah melihat kehancuran yang ditimbulkan oleh pemanasan hanya 1,1 derajat Celcius."

"Setiap fraksi derajat penting dalam perjuangan untuk melindungi manusia dan planet ini. Kami melihat kemajuan penting dalam perang melawan perubahan iklim, tetapi kami masih belum menang di sektor apa pun," tambah Dasgupta.

"State of Climate Action 2022 adalah peringatan mendesak bagi para pembuat keputusan untuk berkomitmen pada transformasi nyata di setiap aspek ekonomi kita," kata Dasgupta.

(***)