4 Taktik Kejam MbS Kudeta Sepupu hingga Jadi Putra Mahkota Saudi Arabia 

Zuratul 3 Dec 2022, 08:58
Mohammed bin Salman. (CNN Indonesia/Foto)
Mohammed bin Salman. (CNN Indonesia/Foto)

RIAU24.COM Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (sering disingkat MbS), kembali menuai kritikan usai cerita perebutan takhta pewaris kerajaan antara dia dan sepupunya, Pangeran Mohammed bin Nayef, pada 2017 kembali disorot media. 

Raja Salman mencopot Pangeran bin Nayef, keponakannya, dari jabatan Putra Mahkota Saudi pada Juni 2017 lalu dan mengangkat MbS, anaknya, untuk mengisi posisi terkuat kedua di kerajaan tersebut.

Dalam laporan sejumlah sumber kerajaan dan pesan teks Pangeran Mohammed bin Nayef yang didapat jurnalis The Guardian Anuj Cophra dalam laporan mendalamnya berjudul "The Godfather, Saudi-Style: Inside the Palace Coup that Brought MBS to Power" pada Selasa (29/11), Pangeran bin Nayef turun takhta melalui kudeta bak mafia yang dilakukan MbS.

Berikut empat taktik licik dan brutal MbS demi naik Takhta jadi Putra Mahkota.

1. Ancam Perkosa Keluarga Eks Putra Mahkota

MbS melalui salah satu tangan kanannya disebut mengancam Pangeran Mohammed bin Nayef akan memperkosa seluruh keluarga perempuannya jika ia tak melepas gelar putra mahkota dan menyerahkannya.

Hal itu diungkap oleh salah seorang sumber yang dekat dengan bin Nayef, berdasarkan laporan eksklusif The Guardian.

Menurut sumber tersebut, ancaman bermula saat kerajaan memanggil bin Nayef untuk menghadiri sebuah pertemuan di istana Raja Salman di Mekah pada 20 Juni 2017.

Saat itu, bin Nayef digiring ke sebuah kamar dan dikurung berjam-jam. Dia didesak untuk menandatangani surat pengunduran diri dan bersumpah setia kepada MbS.

Namun bin Nayef menolak. Penolakan itu lantas dibalas ancaman bahwa keluarga perempuannya bakal diperkosa jika dia tidak segera melepas gelar putra mahkota.

2. Todong Senjata bak Mafia

Upaya MbS merebut takhta calon penerus raja tak berhenti sampai sana. Seorang pengawal MbS juga disebut menodongkan senjata kepada bin Nayef kala sang pangeran itu diminta bersumpah setia pada MbS.

Kejadian itu berlangsung setelah bin Nayef akhirnya mau menandatangani surat pengunduran diri sebagai Putra Mahkota.

Masih dari sumber yang sama, bin Nayef disebut diminta masuk ke kamar sebelah, tempat MbS menunggu bersama kamera televisi dan seorang pengawal yang membawa senjata, setelah dia dikurung berjam-jam.

Dalam rekaman yang dirilis oleh penyiar Saudi menunjukkan MbS berjalan mendekati sepupunya itu dan secara dramatis membungkuk untuk mencium tangan dan lutut bin Nayef. Dalam sejumlah foto yang beredar di media, MbS dan Pangeran Mohammed bin Nayef memang terlihat mesra.

Namun, melalui kesaksian beberapa sumber dan pesan teks Pangeran Mohammed bin Nayef kepada penasihatnya, sang pangeran mengaku ditodong senjata saat dipaksa melafalkan janji setia kepada MbS kala menyerahkan takhta Putra Mahkota.

"Ketika saya berjanji setia, ada senjata di punggung saya," tulis Nayef dalam sebuah teks kepada penasihatnya.

3. Tuduh bin Nayef Kecanduan Narkoba

Bin Nayef juga sempat dituduh menggunakan narkoba saat dia dilengserkan.

Menurut seorang rekan keluarga kerajaan beberapa pangeran senior diberi tahu bahwa bin Nayef tak layak menjadi raja karena masalah narkoba, demikian dikutip The New York Times.

Nayef pun terpaksa mundur karena dianggap kecanduan obat penghilang rasa sakit, demikian dikutip Reuters.

"Raja datang menemui MbN (Mohammed bin Nayef) dan mereka berdua di ruangan itu. Dia [Raja Salman] mengatakan kepadanya: 'Saya ingin Anda mundur, Anda tak mendengarkan saran untuk perawatan atas kecanduan Anda yang berbahaya dan mempengaruhi keputusan Anda'," kata salah satu sumber dekat bin Nayef.

Sejauh ini, tak ada informasi yang lebih lanjut apakah Mohammed bin NAyef betul-betul menggunakan narkoba atau tidak. 

Namun, seorang teman dekat bin Nayef pernah mengungkapkan kekhawatirannya perihal masalah kesehatan mantan Putra Mahkota Saudi itu selama beberapa tahun belakangan.

Mantan pejabat Badan Intelijen AS (CIA) yang merupakan teman dekat bin Nayef, Bruce Riedel, mengatakan sang pangeran kerap mengalami rasa sakit dan terdapat tanda stres pascatraumatik.

Kondisi itu memaksa ia menggunakan obat-obatan sehingga membuat teman-teman dekatnya khawatir ia kecanduan obat.

4. Tahan dan Siksa Mantan Putra Mahkota

Tindakan keras terhadap bin Nayef pun tak selesai meski MbS telah berhasil menjadi Putra Mahkota Saudi.

Setelah mengundurkan diri sebagai pewaris takhta kerajaan, Pangeran bin Nayef digiring ke istananya di Jeddah dan menjadi tahanan rumah.

Menurut sumber kepada The New York Times, Pangeran Mohammed bin Nayef menjadi tahanan rumah sampai maret 2020.

Di masa awal penahanannya, Pangeran Mohammed bin Nayef ditahan di sel isolasi, dilarang tidur hingga digantung terbalik di pergelangan kakinya, menurut dua orang yang diberi pengarahan tentang situasinya yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.

Pangeran Mohammed bin Nayef disebut mengalami kerusakan permanen pada pergelangan kakinya akibat perlakuan yang ia terima selama di tahanan dan tidak bisa berjalan tanpa tongkat.

Pada Agustus 2020, kuasa hukum Pangeran Mohammed bin Nayef melayangkan kekhawatiran terkait kondisi kesehatan kliennya. Ia menuduh otoritas Saudi tidak mengizinkan dokter atau keluarga mengunjunginya sejak menjadi tahanan.

Sementara itu, di musim gugur 2021, Pangeran Mohammed bin Nayef dilaporkan dipindahkan ke sebuah vila di dalam kompleks yang mengelilingi Istana Raja Al-Yamamah di Riyadh.

Pangeran Mohammed bin Nayef dikurung sendiri tanpa televisi atau perangkat elektronik lainnya dan hanya menerima kunjungan terbatas dari keluarganya, kata sejumlah sumber.

Sampai saat ini, Pangeran bin Nayef tak pernah terlihat lagi di publik. Pemerintah Saudi juga belum mengajukan tuntutan resmi terhadap Mohammed bin Nayef atau menjelaskan mengapa dia ditahan.

Sebagian besar ahli Saudi berasumsi bahwa penahanan itu karena MbS khawatir bahwa Mohammed bin Nayef dapat menghalangi upayanya untuk menjadi Raja Saudi berikutnya.

(***)