Warga China Cari Rumah Baru di Asia Tenggara Pasca Kebijakan Nol Covid Dicabut

Amastya 14 Jan 2023, 18:04
Warga China berbondong-bondong cari rumah baru di Asia Tenggara setelah pencabutan kebijakan nol Covid /AFP
Warga China berbondong-bondong cari rumah baru di Asia Tenggara setelah pencabutan kebijakan nol Covid /AFP

RIAU24.COM - Setelah kebijakan Nol Covid dicabut, memungkinkan warga China untuk bepergian ke luar negeri untuk liburan Tahun Baru Imlek. Tak hanya itu, banyak juga warga negara China mencari rumah baru di Asia Tenggara.

Menurut laporan South China Morning Post (SCMP) pada Sabtu (14/1/23), agen properti dan pakar imigrasi menyaksikan peningkatan pertanyaan dari warga negara China mengenai tempat tinggal di Thailand, kondominium di Malaysia dan kantor di Singapura.

Di Singapura, Sulochana Uthirapathi, pendiri Transform Borders- sebuah perusahaan yang berspesialisasi dalam masalah imigrasi yang terkait dengan negara itu, mengatakan bahwa dia telah melihat masuknya pertanyaan dari warga negara China yang berencana pindah ke Singapura dalam sebulan terakhir.

Berbicara kepada This week, Uthirapathi mengatakan sebagian besar dari mereka adalah individu dengan kekayaan bersih tinggi yang ingin memindahkan keluarga mereka ke Singapura.

"Untuk memindahkan keluarga mereka ke sini, salah satu caranya adalah dengan mendirikan kantor keluarga tetapi mereka juga memiliki anak-anak yang datang ke sini untuk belajar juga," katanya kepada This Week.

Pendiri Transform Borders itu juga menunjukkan bahwa Singapura adalah tempat yang sangat aman di mana tidak banyak perubahan atau kontrol politik.

Di Malaysia, Fifi Syafiza seorang negosiator real estat dengan Keller Williams Malaysia, mengatakan kepada This Week bahwa keputusan pemerintah China untuk mencabut larangan perjalanan menyebabkan kesibukan transaksi ketika warga negara China bergegas untuk menyelesaikan pembelian properti (di Malaysia) yang sudah mereka arahkan sebelum pandemi Covid dimulai.

Laporan SCMP pada hari Sabtu mengatakan bahwa pemerintah Malaysia menawarkan visa jangka panjang untuk orang asing di bawah dua programnya yakni Malaysia My Second Home dan Silver Hair.

Program-program ini memungkinkan orang asing untuk membeli properti residensial yang bernilai setidaknya $ 228.700 (1 juta ringgit).

Di sisi lain, di Thailand, penjualan kondominium diprediksi akan meningkat karena pembeli kembali secara langsung.

Mengutip media lokal, laporan SCMP mengatakan telah terjadi lonjakan pertanyaan mengenai sekolah internasional dan rumah pensiun di Thailand.

Namun, rencana warga negara China yang berencana untuk menetap di Thailand dapat menghambat setelah visa jangka panjang untuk mereka ditunda menyusul skandal besar yang melibatkan gangster China dan pejabat Thailand.

Sementara itu, karena warga negara China telah melanjutkan perjalanan untuk liburan Tahun Baru Imlek, volume penumpang udara pulih ke 63% dari level 2019 sejak musim perjalanan tahunan dimulai.

Song Zhiyong, kepala Administrasi Penerbangan Sipil China, mengatakan kepada kantor berita Reuters pada hari Sabtu bahwa pemulihan yang cepat menantang kemampuan maskapai untuk memastikan keselamatan, menambahkan perhatian besar pada risiko terkait pandemi diperlukan.

(***)