Israel dan Sudan Normalisasi Hubungan

Zuratul 4 Feb 2023, 08:11
Ilustrasi. (detik.com/Foto)
Ilustrasi. (detik.com/Foto)

RIAU24.COM Israel dan Sudan memfinalisasi kesepakatan untuk menormalisasi hubungan. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan upacara penandatanganan diperkirakan digelar setelah penyerahan kekuasaan dari militer ke pemerintah sipil Sudan.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Sudan mengatakan perjanjian disepakati dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen. "(Untuk) bergerak maju menuju menormalisasi hubungan antara dua negara," katanya.

Sudan tidak pernah mengakui Israel tapi setelah perundingan yang ditengahi pemerintah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2020 lalu Khartoum berjanji mengambil langkah maju menuju hubungan diplomatik dengan Israel. 

Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko sudah menormalisasi hubungan dengan Israel dalam kesepakatan yang dikenal sebagai "Perjanjian Ibrahim."

Cohen dan penguasa Sudan saat ini ketua Dewan Kedaulatan  Jenderal Abdel Fattah al-Burhan membahas untuk memperdalam kerja sama di bidang keamanan dan militer serta pertanian, energi, kesehatan, perairan dan pendidikan.

Militer Sudan berkuasa di negara itu sejak kudeta Oktober 2021 lalu tapi mengatakan akan menyerahkan kekuasaan ke pemerintah sipil. Pemerintah militer yakni Dewan Kedaulatan membawa Sudan menuju normalisasi hubungan dengan Israel.

Kelompok sipil lebih berhati-hati dan sebelumnya mengatakan setiap kesepakatan harus diratifikasi parlemen transisi yang belum dibentuk. 

Kantor berita Sudan, SUNA melaporkan wakil Burhan, Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo tidak mengetahui kunjungan Cohen dan tidak bertemu delegasi Israel.

Sepulangnya dari Pakistan pada Kamis (2/2/2023) kemarin Cohen mengatakan orang Israel mengenang Khartoum sebagai kota tuan rumah pertemuan Liga Arab tahun 1967. Dalam pertemuan itu Liga Arab mendeklarasikan "tiga tidak" pada resolusi Israel, tidak mengakuinya, tidak menginginkan perdamain dan tidak ingin negosiasi.

"(Sekarang) kami membangun realitas baru dengan rakyat Sudan, yang maka 'tiga tidak' menjadi 'tiga ya', ya pada negosiasi antara Israel dan Sudan, ya mengakui Israel dan ya pada perdamaian antara negara dan masyarakat," katanya.

(***)