Campak Mewabah di Papua Tengah Akibat Tingkat Imunisasi yang Rendah 

Zuratul 5 Mar 2023, 14:48
Potret Warga yang Anaknya Terkena Wabah Campak. (TribunPapua.com/Foto)
Potret Warga yang Anaknya Terkena Wabah Campak. (TribunPapua.com/Foto)

RIAU24.COM - Kementerian Kesehatan melaporkan kasus campak di Papua Tengah meningkat dalam tiga bulan terakhir, akibat cakupan imunisasi yang rendah.

"Per 3 Maret 2023, kasus yang dilaporkan sebanyak 397 orang tersebar di tujuh kabupaten di Papua Tengah," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu yang dikonfirmasi di Jakarta, Ahad, 5 Maret 2023.

Tujuh kabupaten yang mengalami kenaikan kasus campak, di antaranya adalah Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Mimika, Puncak, dan Intan Jaya. 

“Sekitar 48 orang telah terkonfirmasi laboratorium positif campak, terbanyak di Kabupaten Mimika 25 kasus, Kabupaten Nabire 16 kasus, dan Kabupaten Paniai 7 kasus.,” katanya.

Dari hasil pemeriksaan juga didapati satu kasus konfirmasi rubella di Kabupaten Mimika. Kasus konfirmasi campak dan rubella tersebut, kata Maxi, sebanyak 19 orang masih menjalani perawatan, sedangkan 182 orang sudah dinyatakan sembuh dan dua orang meninggal.

“Jumlah kasus kematian tercatat dua kasus, satu kasus berasal dari Kabupaten Nabire dan satu dari Kabupaten Paniai,” katanya.

Dirjen Maxi menyebut kenaikan kasus campak di Provinsi Papua Tengah disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi MR untuk anak-anak pada 2022.

Berdasarkan laporan Kemenkes, cakupan imunisasi Measles dan Rubella (MR) 1 hanya 64,1 persen, kemudian turun menjadi 48,6 persen pada Imunisasi MR 2.

“Temuan kami di lapangan, 87 persen kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar nol,” katanya.

Situasi tersebut menjadikan Provinsi Papua Tengah masuk dalam kategori berisiko untuk penularan campak rubela, kata Maxi.

(***)