Cerita Yusril Mundur Demi Gus Dur di Pilpres

Azhar 17 Mar 2023, 15:31
Yusril Ihza Mahendra mengenang cerita lama ketika dirinya maju sebagai kontestan sebagai capres. Sumber: Tribun Makassar
Yusril Ihza Mahendra mengenang cerita lama ketika dirinya maju sebagai kontestan sebagai capres. Sumber: Tribun Makassar

RIAU24.COM - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mengenang cerita lama ketika dirinya maju sebagai kontestan sebagai capres.

Kenangan itu dibagikannya kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dikutip dari viva.co.id, Jumat 17 Maret 2023.

"Reuni khusus, karena pernah menjadikan Gus Dur sebagai presiden," kata Cak Imin.

Yusril Ihza Mahendra mengatakan kedekatannya dengan PKB sejak tahun 1998, pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Persahabatan yang luar biasa dan susah untuk dilupakan selama-lamanya," sebut Yusril.

Menurut pengakuan Yusril, dia kala itu diminta mundur.

"Pada waktu itu saya diminta mundur. Saya pun berpidato singkat di MPR, saya mengundurkan diri dan memberi kesempatan kepada saudara saya, Abdurrahman Wahid," sebutnya.

Dikutip dari merdeka.com peristiwa itu terjadi pada 7 Oktober 1999.

PBB menjadi satu-satunya partai Islam yang tak mau membentuk Poros Tengah bentukan pentolan PAN Amien Rais.

Amien kemudian memberikan pengumuman, di mana Poros Tengah mendukung pencalonan Gus Dur sebagai calon presiden.

Keputusan ini dikeluarkan setelah MPR menolak seluruh pertanggungjawaban Presiden Habibie usai MPR menolak mentah-mentah pertanggungjawabannya.

Kala itu, tak ada tokoh lain yang bersedia maju sebagai presiden seperti Ketua Umum DPP Golkar Akbar Tanjung, Ginanjar Kartasasmita dan Hamzah Haz.

Tapi Yusril bersedia dan sudah melengkapi persyaratan capres seperti tertera dalam TAP MPR.

Jelang sidang Yusril memiliki keyakinan besar bisa maju dan memenangi pemilihan presiden.

Hingga waktu yang ditentukan, tidak ada yang masuk. Berkas Gus Dur dan Megawati tidak masuk.

Yusril dan timnya yakin hanya ada capres tunggal dan otomatis secara aklamasi akan ditetapkan.

Namun, beberapa saat sebelum sidang paripurna MPR tersebut, Yusril terus didesak mundur.

Yusril sudah curiga saat itu, di pagi 20 Oktober 1999 sebelum sidang pemilihan Presiden.

Yusril didesak untuk mundur. Bahkan, sampai terpojok ke dinding. Bahkan, termasuk oleh sejumlah politisi PBB sendiri.

Mereka mengancam akan memecah partainya jika ngotot maju. Mendapat tekanan itu, Yusril akhirnya melunak lalu mundur.

Seluruh suara diserahkan kepada Gus Dur. Sebagai gantinya, dia diserahi tanggung jawab sebagai menteri kehakiman, hukum dan HAM.