Tak Usai-usai, Kemenkes Temukan Virus Arcturus Varian Baru COVID-19 

Zuratul 15 Apr 2023, 14:04
Tak Usai-usai, Kemenkes Temukan Virus Arcturus Varian Baru COVID-19. (Ilustrasi/Pixabay)
Tak Usai-usai, Kemenkes Temukan Virus Arcturus Varian Baru COVID-19. (Ilustrasi/Pixabay)

RIAU24.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan temuan dua kasus COVID-19 Omicron XBB 1.16 atau varian Arcturus di DKI Jakarta. Varian ini menjadi biang kerok lonjakan kasus di sejumlah negara.

Dari dua pasien yang terdeteksi, salah satunya mengalami pneumonia. Dia juga sempat dirawat selama dua hari di rumah sakit.

Varian Arcturus disebut sudah menyebar selama beberapa bulan dengan tingkat penularan lebih tinggi. Kabar baiknya, tidak ada kenaikan tingkat keparahan gejala imbas varian ini.

Kenaikan kasus imbas varian Arcturus membuat sejumlah pakar meminta masyarakat meningkatkan vaksinasi demi mencegah penularan.

Berikut fakta-fakta varian Arcturus dikutip detikcom dari berbagai sumber.

Apa itu varian Arcturus?

Arcturus adalah nama yang diberikan untuk sub-varian baru, yang dikenal sebagai XBB.1.16.

Varian ini pertama kali terdeteksi pada akhir Januari dan merupakan varian rekombinan dari BA.2.10.1 dan BA.2.75, dua turunan dari varian Omicron BA.2 lainnya.

WHO mengatakan sub-varian ini memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan, yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas, serta potensi peningkatan patogenisitas.

Arcturus hampir 1,2 kali lebih menular daripada XBB.1.5, menurut sebuah studi oleh University of Tokyo. Namun, sub-varian tidak dianggap lebih parah dari XBB.1.5

Apa saja gejala varian Arcturus?

Beberapa gejala yang pernah dilaporkan antara lain demam yang meningkat secara bertahap dan berlangsung selama satu atau dua hari, sakit kepala, nyeri tubuh, rasa tidak nyaman di perut, dan sakit tenggorokan.

Banyak dari mereka yang terinfeksi subvarian juga melaporkan konjungtivitis dan mata lengket.

Para peneliti di Truhlsen Eye Institute dari Nebraska Medicine juga telah mengidentifikasi virus dalam air mata mata, yang sebelumnya dapat menyebabkan konjungtivitis. Menurut para peneliti, gejala konjungtivitis meliputi:

  • Mata berair
  • Kemerahan
  • Bengkak
  • Nyeri atau iritasi
  • Gatal
  • Keluar cairan dari mata

Dimonitor WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan varian Omicron XBB.1.16 sebagai 'variant under monitoring' atau varian dalam pemantauan pada akhir Maret lalu. Varian itu disebut lebih menular dari subvarian Omicron sebelumnya.

"Sebagian besar sequence-nya berasal dari India dan di India XBB.1.16 telah menggantikan varian lain yang beredar. Jadi, ini salah satu yang harus diperhatikan," pemimpin teknis COVID-19 WHO, Dr Maria Van Kerkhove, dikutip dari laman resmi WHO.

Di samping itu, Dr Kerkhove juga menyebut bahwa ancaman pandemi COVID-19 masih belum berakhir. Pihaknya melaporkan masih ada 10 ribu kasus kematian per minggu di dunia akibat COVID-19. 

Dari total kasus tersebut, sebagian besar kematian dialami oleh kelompok lanjut usia, belum divaksinasi, dan pengidap komorbid.

(***)