Studi: Bekerja Dengan Sistem AI Berikan Dampak Pada Kesehatan dan Perilaku Sosial Karyawan

Amastya 19 Jun 2023, 10:21
Temuan penelitian menunjukkan korelasi antara pekerjaan dengan sistem AI /aqi.co.id
Temuan penelitian menunjukkan korelasi antara pekerjaan dengan sistem AI /aqi.co.id

RIAU24.COM - Penting untuk mempertimbangkan dengan cermat kelebihan dan kekurangan AI karena integrasinya ke dalam berbagai aspek masyarakat terus berkembang.

Langkah-langkah proaktif diperlukan untuk memaksimalkan manfaat AI sambil mengurangi potensi kelemahan.

Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association mengungkapkan bahwa karyawan yang sering terlibat dengan sistem kecerdasan buatan (AI) lebih mungkin mengalami kesepian, yang menyebabkan insomnia dan peningkatan minum setelah bekerja, lapor scitechdaily.

Studi ini dilakukan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Taiwan, Indonesia, dan Malaysia, dengan temuan yang konsisten di berbagai budaya.

Bahaya isolasi

Peneliti utama Pok Man Tang, PhD, yang sebelumnya bekerja di sebuah bank investasi dan asisten profesor manajemen di University of Georgia, mengatakan, "Kemajuan pesat dalam sistem AI memicu revolusi industri baru yang membentuk kembali tempat kerja dengan banyak manfaat tetapi juga beberapa bahaya yang belum dipetakan, termasuk dampak mental dan fisik yang berpotensi merusak bagi karyawan. "

"Manusia adalah hewan sosial, dan mengisolasi pekerjaan dengan sistem AI mungkin memiliki efek limpahan yang merusak ke dalam kehidupan pribadi karyawan," tambahnya.

Menariknya, penelitian ini menemukan bahwa karyawan yang sering berinteraksi dengan sistem AI lebih cenderung memberikan bantuan kepada kolega mereka.

Namun, respons ini mungkin didorong oleh kesepian dan keinginan mereka sendiri untuk interaksi sosial.

Selain itu, penelitian ini mengungkapkan bahwa peserta dengan tingkat kecemasan keterikatan yang lebih tinggi, ditandai dengan rasa tidak aman dan khawatir tentang koneksi sosial, menunjukkan reaksi yang lebih kuat untuk bekerja dengan sistem AI.

Reaksi-reaksi ini termasuk perilaku positif, seperti membantu orang lain, dan hasil negatif, seperti kesepian dan insomnia.

Dalam satu percobaan, insinyur dari perusahaan biomedis Taiwan yang bekerja dengan sistem AI disurvei selama tiga minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan interaksi dengan sistem AI berkorelasi dengan tingkat kesepian, insomnia, dan konsumsi alkohol setelah bekerja yang lebih tinggi.

Namun, karyawan ini juga menunjukkan beberapa perilaku membantu terhadap rekan kerja mereka.

Eksperimen serupa melibatkan konsultan real estat di perusahaan manajemen properti Indonesia.

Setengah dari konsultan diinstruksikan untuk menahan diri dari menggunakan sistem AI selama tiga hari berturut-turut, sementara separuh lainnya didorong untuk bekerja dengan sistem AI sebanyak mungkin.

Temuan ini sama dengan percobaan sebelumnya, kecuali di sini tidak ada hubungan yang ditemukan antara frekuensi penggunaan AI dan konsumsi alkohol setelah bekerja.

Penelitian ini juga termasuk eksperimen online dengan orang dewasa yang bekerja penuh waktu di AS dan karyawan di perusahaan teknologi Malaysia, yang menghasilkan hasil yang serupa.

Korelasi dan rekomendasi

Penting untuk dicatat bahwa temuan penelitian menunjukkan korelasi antara pekerjaan dengan sistem AI dan kesepian, insomnia, dan tanggapan lainnya, tetapi mereka tidak membangun hubungan sebab akibat.

Hanya saja ada hubungan antara AI dan bagaimana hal itu dapat berdampak pada karyawan.

Tang menyarankan bahwa pengembang teknologi AI harus mempertimbangkan untuk memasukkan fitur sosial, seperti suara seperti manusia, ke dalam sistem AI untuk mensimulasikan interaksi manusia.

Pengusaha juga dapat membatasi frekuensi penggunaan sistem AI dan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk bersosialisasi.

Tugas yang membutuhkan koneksi sosial, seperti pengambilan keputusan tim, dapat ditugaskan kepada manusia, sementara sistem AI fokus pada tugas yang berulang dan monoton.

Selanjutnya, Tang mengusulkan bahwa program mindfulness dan intervensi positif lainnya dapat membantu mengurangi kesepian di antara karyawan.

"Sangat penting untuk mengambil tindakan sekarang untuk mengurangi potensi efek negatif dari bekerja dengan sistem AI, karena AI terus berkembang," katanya.

(***)