Massa Pro-Palestina Australia dan AS Rayakan Serangan Hamas ke Israel: Pertama Kalinya Saudara Kita Terobos Penjara Terbesar Dunia!

Zuratul 9 Oct 2023, 11:25
Massa Pro-Palestina Australia dan AS Rayakan Serangan Hamas ke Israel. (Ilustrasi/X)
Massa Pro-Palestina Australia dan AS Rayakan Serangan Hamas ke Israel. (Ilustrasi/X)

RIAU24.COM -Massa pro-Palestina berkumpul di Lakemba, barat daya Sydney, Australia, untuk merayakan serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel

Aksi serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS). 

Serangan besar Hamas, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa, yang dimulai sejak Sabtu lalu telah menewaskan lebih dari 700 orang di Israel

Lebih dari 100 orang lainnya diculik. 

Israel merespons dengan meluncurkan Operasi Pedang Besi, di mana jet-jet tempur Zionis membombardir Gaza dari Sabtu hingga Minggu. 

Lebih dari 400 orang, termasuk anak-anak, meninggal di Gaza, akibat serangan militer Zionis. 

Massa pro-Palestina yang berkumpul di Lakemba pada Minggu malam, meneriakkan yel-yel “pendudukan adalah kejahatan” dan “Palestina akan bebas”. 

Banyak di antara mereka yang memegang poster, termasuk “berhenti menganiaya umat Islam” dan “membela kaum tertindas”. 

Syekh Ibrahim Dadoun, salah satu dari massa, mengatakan kepada orang-orang yang berkumpul bahwa serangan terhadap Israel adalah tindakan perlawanan. 

“Saya tersenyum dan saya bahagia,” katanya, seperti dikutip ABC.net.au, Senin (9/10/2023). 

“Saya gembira, ini adalah hari keberanian, ini adalah hari kebanggaan, ini adalah hari kemenangan. Ini adalah hari yang kita tunggu-tunggu," paparnya. 

"Tujuh puluh lima tahun pendudukan. Lima belas tahun blokade. Apa yang terjadi kemarin adalah pertama kalinya saudara-saudari kita menerobos penjara terbesar di dunia."

Secara resmi dianggap sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Australia. 

Hamas telah menguasai Gaza sejak mereka menggulingkan pasukan Fatah dalam perang saudara singkat pada tahun 2007. 

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan penargetan warga sipil dan penyanderaan “tidak pernah menjadi alasan untuk merayakannya”.

“Apapun pandangan masyarakat mengenai sejarah konflik ini, kita tidak akan pernah bisa memaafkan tindakan yang menargetkan warga sipil dan penyanderaan dan saya yakin hal tersebut adalah sesuatu yang disetujui oleh banyak warga Australia,” katanya. 

"Saya akan mendesak masyarakat untuk mengingat kembali apa yang terjadi di lapangan kepada individu-individu saat ini."

(***)