Mengenal Hamas, Militansi Palestina yang Bikin Israel 'Ketar Ketir' Gaungkan Perang 

Zuratul 9 Oct 2023, 15:41
Mengenal Hamas, Militansi Palestina yang Bikin Israel 'Ketar Ketir' Gaungkan Perang. (Ilustrasi/Foto)
Mengenal Hamas, Militansi Palestina yang Bikin Israel 'Ketar Ketir' Gaungkan Perang. (Ilustrasi/Foto)

RIAU24.COM -Wilayah Timur Tengah (Timteng) saat ini kembali memanas. 

Hal ini disebabkan naiknya eskalasi antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas, pascaserangan ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023).

Sejauh ini, konflik keduanya telah menewaskan hingga lebih dari 1.100 jiwa. 

Militer Tel Aviv masih terus melancarkan serangan ke arah Gaza, dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mendeklarasikan operasi "Pedang Besi" sebagai balasan terhadap serangan Hamas.

Hamas sendiri secara politis menguasai Jalur Gaza, wilayah seluas sekitar 365 km persegi yang merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta orang tetapi diblokade oleh Israel

Dari segi nama, Hamas merupakan singkatan dari Gerakan Perlawanan Islam dan dalam bahasa Arab berarti "semangat".

Hamas telah berkuasa di Jalur Gaza sejak 2007 setelah perang singkat melawan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas, kepala Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Sejarah Hamas 

Gerakan Hamas didirikan di Gaza pada 1987 oleh seorang imam Sheikh Ahmed Yasin dan ajudannya Abdul Aziz al-Rantissi tak lama setelah dimulainya Intifada pertama, sebuah pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Gerakan ini dimulai sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan membentuk sayap militer, Brigade Izz al-Din al-Qassam. 

Kelompok tersebut dibuat untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel dengan tujuan membebaskan Palestina.

Mereka juga menawarkan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi korban pendudukan Israel.

Secara prinsip, Hamas tidak mengakui kenegaraan Israel, tidak seperti PLO yang mengakui keberadaan Negeri Yahudi itu. 

Hamas menerima negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967.

"Kami tidak akan melepaskan satu inci pun tanah air Palestina, apapun tekanan yang terjadi saat ini dan berapapun lamanya pendudukan," kata Khaled Meshaal, pemimpin kelompok Palestina di pengasingan pada tahun 2017.

Hamas juga dengan keras menentang perjanjian perdamaian Oslo yang dinegosiasikan oleh Israel dan PLO pada pertengahan tahun 1990an. 

Kelompok ini secara resmi berkomitmen untuk mendirikan negara Palestina di wilayahnya sendiri.

Kelompok ini secara keseluruhan atau dalam beberapa kasus sayap militernya ditetapkan sebagai organisasi "teroris" oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Kanada, Mesir dan Jepang.

Meski dicap teroris, Hamas adalah bagian dari aliansi regional yang juga mencakup Iran, Suriah dan kelompok Hizbullah di Lebanon, yang menentang kebijakan AS terhadap Timur Tengah dan Israel.

Hamas dan Kelompok Jihad Islam, kelompok bersenjata terbesar kedua di kawasan, seringkali bersatu melawan Israel

Namun hubungan kedua kelompok pernah menjadi tegang ketika Hamas memberikan tekanan pada Jihad Islam untuk menghentikan serangan terhadap Israel.

Serangan 7 Oktober

Juru bicara Hamas Khaled Qadomi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu melakukan operasi militernya sebagai tanggapan atas kekejaman yang dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade. 

Selain itu, Israel juga diketahui beberapa kali melakukan serangan di wilayah Masjid Al Aqsa, yang merupakan tempat suci Umat Islam.

"Kami ingin komunitas internasional menghentikan kekejaman di Gaza terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al-Aqsa. Semua hal inilah yang menjadi alasan di balik dimulainya pertempuran ini," katanya.

Hamas juga meminta kelompok lain untuk bergabung dalam perlawanan, dan mengatakan bahwa serangan hari Sabtu hanyalah permulaan.

Kelompok itu mengatakan para pejuangnya menyandera beberapa warga Israel di daerah kantong tersebut, dan merilis video para pejuang menyeret tentara yang berlumuran darah. 

Dikatakan bahwa perwira senior militer Israel termasuk di antara para tawanan.

"Hamas juga mengirim paralayang terbang ke Israel," kata militer Israel. Serangan tersebut mirip pada serangan terkenal pada akhir tahun 1980an ketika para pejuang Palestina menyeberang dari Lebanon ke Israel utara dengan pesawat layang gantung dan menewaskan enam tentara Israel.

(***)