Antrean Cukup Lama Hingga Dua Hari, Puluhan Truck Bermuatan TBS Sawit Mengeluhkan Pelayanan Pelabuhan Roro Rupat

Dahari 25 Oct 2023, 07:38
Truck bermuatan buah sawit yang mengantri di pelabuhan roro rupat Kelurahan Tanjung Kapal
Truck bermuatan buah sawit yang mengantri di pelabuhan roro rupat Kelurahan Tanjung Kapal

RIAU24.COM -BENGKALIS - Sudah satu bulan terakhir ini, penyeberangan Ro-Ro Tanjung Kapal Kecamatan Rupat, Bengkalis menuju Dumai dikeluhkan masyarakat. Pasalnya ratusan kendaraan bermotor, jenis roda dan empat bermuatan barang, baik TBS kelapa sawit dan barang lainya harus mengantre sampai dua hari lamanya.

Pantauan dilapangan,  Selasa 24 Oktober 2023 ada ratusan kendaraan bermotor, khususnya truk bermuatan kelapa sawit berjejer di Dermaga Ro-Ro Tanjung Kapal Rupat sampai dua hari. Setelah itu baru bisa menyeberangkan kendaraannya.

Kemudian, kondisi itu sangat dikeluhkan masyarakat, karena selain memakan waktu cukup lama, juga dari segi biaya penyeberangan sangat tinggi. Bahkan untuk sekali keberangkatan pergi dan pulang membawa TBS kelapa sawit, para supir truck harus mengambil waktu selama 4 hari lamanya.

"Kalau dihitung berangkat dan kembali memakan waktu 4 hari lamanya. Tentu sangat kami keluhkan. Kami mengalami kerugian cukup besar, dengan kondisi penyeberangan seperti ini," ujar Syamsul salah seorang supir truck bermuatan TBS kelapa Sawit saat mengantre di pelabuhan Roro Tanjung Kapal, Rupat, Bengkalis.

Syamsul merupakan warga kelurahan Pergam itu menyebutkan, TBS kelapa sawit yang dibawa milik keluarganya ini sudah beberapa kali mengalami keterlambatan pengiriman ke pengepul sawit diwilayah kota Dumai.

Menurutnya, kondisi kapal Ro-Ro yang tak memadai, yang hanya beropersi 3 unit dan 1 unit saat ini dari keterangan pengelola Ro-Ro sedang dilakukan perbaikan, makanya antreannya sangat parah dan cukup lama.

"Sampai sekarang belum bisa menyeberang dan antre sejak Senin (23/10/2023) lalu dan sekarang belum tau kapan menyeberangnya,"kata Syamsul lagi.

Ia menyebutkan, seharus petugas roro hanya mengoperasikan roro mereka dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB dengan durasi penyeberangan sebanyak 9 trip. Padahal yang antre diluar kendaraan umum yang tak bermuatan, seperti truck sawit itu mencapai 90 unit.

Bahkan katanya lagi, dalam sekali menyeberangkan, yang bisa dibawa hanya 3 sampai 4 truk bermuatan sawit dan yang lain adalah kendaraan pribadi.

"Kita melihat kendalanya, dari 3 kapal roro hanya 2 beroperaei, sedangkan satunya masih dalam proses perbaikan. Makanya kami mengharapkan perhatian pemerintah dalam membantu masyarakat menghadapi kesulitan ini,"ungkapnya lagi.

Senada juga dikeluhkan Sofyan. Dia menyebutkan, kondisi penyeberangan roro yang antre di Rupat ini sudah lama. Ini juga diakibatkan oleh perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS) mengalami kerusakan dan ram sawit yang tak mau membeli sawit masyarakat.

"Kami mintak solusi dari Pemkab Bengkalis dan juga Pemprov Riau, karena persoalan roro ini sudah lama terjadi kendala masyarakat untuk membawa hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Kalau seperti bisa hancur perekonomian masyarakat,"kesalnya.

Ia menyebutkan,  selama kondisi antrean yang dialami masyarakat, sepertinya tidak ada solusi dari pemerintah dan membiarkan masyarakat mengantre begitu lama. Bahkan sampai dua hari baru bisa menyeberang.

"Ya belum lagi kembalinya dari Dumai ke Rupat juga mengantre cukup lama dua hari dan kalau dihitung pergi dan pulang memakan waktu 4 hari. Kalau dihitung berapa banyak kita dirugikan dengan kondisi penyeberangan roro ini," ujarnya.

Terhadap kondisi tersebut, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Bengkalis Agus Sofian melalui Kepala Bidang Pelabuhan, Sugeng saat dikonfirmasi wartawan mengatakan bahwa pelabuhan roro Tanjung Kapal , Rupat-Dumai merupakan wewenang dari pihak Provinsi Riau.

"Ya, pengelolaannya dibawah wewenang mereka, saat ini Pemkab Bengkalis, Pemko Dumai dan Provinsi sedang mengupayakan penambahan dermaga melalui program hibah MCC,"ujar Sugeng.

Menurutnya, saat ini kondisi roro Rupat-Dumai memang mengalami kendala dan saat ini masih dicarikan solusinya. Tentu diharapkan program hibah MCC nantinya dapat segera teralisasi.