Dibalik Asap yang Ngebul di Dapur, Ada Gas Alam Pertamina yang Ikut Campur

Devi 8 Oct 2023, 21:24
Dibalik Asap yang Ngebul di Dapur, Ada Gas Alam Pertamina yang Ikut Campur
Dibalik Asap yang Ngebul di Dapur, Ada Gas Alam Pertamina yang Ikut Campur

Pertamina harus menjadi ujung tombak mewujudkan kedaulatan energi Indonesia dan menciptakan kinerja yang lebih baik dan transparan - Dwi Soetjipto

RIAU24.COM - Raut wajah Merry tampak lelah saat ditemui Riau24.com di rumahnya yang terletak di Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru.

Sesekali wanita berusia 50  tahun itu menyeka keringat yang turun di dahinya. Maklum, sejak pagi hingga sore, ia sudah sibuk menyiapkan kue lepat, camilan lezat yang dijualnya secara online lewat media sosial.

Meski usianya sudah beranjak senja, namun Merry terlihat masih bersemangat. Meski lelah, tapi ia tetap bersyukur. "Gak apalah capek, yang penting dapur rumah bisa terus ngebul," kelakar Merry.

Ya, sejak suaminya berhenti bekerja sebagai supir di sebuah perusahaan sawit di Jambi, Merry pun memilih banting setir dari seorang ibu rumah tangga menjadi penjual makanan online. Dalam seminggu, ia rutin mendapatkan pesanan kue dari pelanggannya setiap hari.

Enam tahun lalu, Merry sama seperti ibu rumah  tangga kebanyakan, yang memiliki kendala ketika tabung gas elpiji yang digunakannya untuk memasak tiba-tiba habis.

Kala itu, karena hanya memiliki 2 tabung Liquified Petrolium Gas (LPG) isi tiga kilogram, Merry sering merasa kesulitan untuk mencari tabung gas baru, apalagi jika gas lama miliknya tiba-tiba habis di malam hari.

“Dulu sering sekali stok tabung elpij kosong di warung. Padahal gas melon sudah jadi kebutuhan rumah tangga kayak saya. Kalau barangnya tidak ada, bagaimana saya bisa masak buat keluarga, apalagi buat menerima pesanan kue seperti ini,” ujar Merry.


(Merry, seorang ibu rumah tangga memasak kue menggunakan kompor bertenaga gas bumi dari jaringan gas (Jargas) di Kota Pekanbaru, Riau. PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) selaku sub holding gas melaksanakan Penugasan Jargas Kementerian ESDM dengan dana APBN melalui PT Pertamina Gas yang bekerja sama dengan perusahaan daerah PT Sarana Pembangunan Pekanbaru/ Foto : Devi Mewani)

Tak pelak, kehabisan gas elpiji kerap membuat aktivitas memasaknya terganggu dan membuat Merry kerepotan.

Padahal untuk setiap bulannya, Merry mengaku membutuhkan sedikitnya 5 tabung elpiji 3 kg untuk keperluan dapur rumah tangganya serta untuk memenuhi pesanan kue dari pelanggan.

Untuk membeli 5 tabung elpiji 3 kg yang dijual oleh warung eceran seharga Rp23 ribu, Merry sedikitnya harus mengalokasikan anggaran sekitar Rp 115 ribu.

Merry terpaksa merogoh kocek lebih dalam karena harga elpiji yang dibelinya lebih mahal dibandingkan harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah.

“Memang ada beberapa warung yang menjual dengan harga murah seperti harga yang ditetapkan oleh pemerintah, tapi sedikit ribet. Harus melampirkan Kartu Keluarga. Jadi daripada ribet, ya saya beli saja dari pedagang eceran,” tambah Merry.

Tak hanya masalah harga yang kerap naik,  tapi faktor keamanan menggunakan elpiji  juga membuat Merry sering merasa was-was.

“Kadang saya takut kalau harus memasang tabung elpiji sendirian di rumah. Takut meledak,” ucap Merry.

Mau tak mau, jika gasnya habis, ia pun terpaksa memasak dengan cara tradisional, yakni menggunakan kompor minyak tanah.  Namun harga minyak tanah tidak murah di Pekanbaru, karena satu liternya dijual hingga Rp 10 ribu. Dan pemakaiannya pun hanya tahan untuk beberapa hari saja.

"Rugi kalau masak pakai minyak tanah, pasti cepat habisnya. Tapi mau gimana lagi, daripada gak makan,” tambah Merry lagi.

Merry mengungkapkan jika stok minyak tanah yang ia miliki juga sudah tak ada, maka mau tidak mau ia harus berjibaku mencari tabung gas di warung-warung eceran yang menjual gas dengan harga lebih mahal di lokasi yang jauh dari rumahnya.

“Tabung gas juga sering sekali sulit dicari, harus cari ke tempat yang lumayan jauh dari rumah saya,” kata Merry.

Namun, keadaannya kini berubah sejak Januari 2016. Kala itu, jargas sudah bisa langsung mengalir ke rumahnya. Merry mengaku sejak menggunakan gas milik PT Pertamina Gas Negara (PGN), ia kini bebas memasak kapan saja.

“Sejak saya memakai gas PGN ini, saya sudah tidak perlu khawatir saat memasak, apalagi kalau ada pesanan dari pelanggan,” kata Merry dengan penuh senyum.

Selain tidak lagi kehabisan gas, dengan memakai gas PGN, Merry juga bisa berhemat.

Biasanya, saat memakai tabung gas 3 kg, Merry bisa menghabiskan ratusan ribu dalam sebulan, namun kini sejak menggunakan gas PGN, Merry mengaku sangat terbantu karena cukup membayar sekitar Rp 50 ribuan per bulannya.

“Ya, jauh lebih murah.Tarifnya pun sangat kompetitif. Saya bisa berhematlah untuk beli gas,” kata Merry.

Di sisi lain, Merry juga mengaku tidak risau dengan keamanan gas PGN, karena yakin jika gas PGN jauh lebih aman.

“Aman juga. Karena biasanya ada petugas yang datang memeriksa kerumah. Nanti mereka itu biasanya mengecek keamanan jaringan pipa gas atau komponen yang  tersambung ke kompor seperti selang dan baut. Pokoknya sekarang saya merasa sudah tidak ribet. Tinggal klik, udah deh bisa langsung masak,” ujar Merry.

Merry mengaku jika dia tertarik memakai gas PGN setelah mendapat informasi pemasangan jaringan gas (jargas) dari  pihak RT setempat.

Dalam imbauan pengurus RT, saat itu warga diminta untuk bersedia meluangkan waktu saat jargas disosialisasikan oleh petugas dari PT PGN.  

Kala itu petugas PGN memberinya sejumlah informasi tentang banyaknya manfaat yang akan didapat jika menggunakan jargas tersebut.

Akhirnya pada 2015, kawasan tempat tinggal Merry merupakan salah satu titik yang sedang dipasangi jargas oleh PGN.


(Meteran jaringan gas (Jargas) di Kota Pekanbaru, Riau. PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) selaku sub holding gas melaksanakan Penugasan Jargas Kementerian ESDM dengan dana APBN melalui PT Pertamina Gas bekerja sama dengan perusahaan daerah PT Sarana Pembangunan Pekanbaru/Foto : Devi Mewani) 

Merry melanjutkan untuk pemasangan jargas hingga ke dapur rumah, ia harus sedikit berkorban. Hal ini dikarenakan karena tembok rumah harus dilubangi sebagai tempat masuknya pipa gas milik PGN.  Namun Merry mengaku tak keberatan.

“Kalau untuk kebaikan, menurut saya ya wajar saja. Apalagi saya juga yakin kalau petugas PGN itu bekerja dengan professional. Kerusakan tembok rumah saya juga sangat sedikit,” tambah ibu lima orang anak tersebut.

Kegembiraan Merry juga turut dirasakan Haposan (41), warga di Kelurahan Tangkerang Tengah, yang juga telah menikmati gas bumi.

"Setelah saya banding-bandingkan, pakai jargas ini lebih murah daripada LPG. Udah gtu, kita juga gak repot cari-cari tabung gas kalau LPG habis," kata Haposan.

Haposan pun mengucapkan rasa terima kasih atas pembangunan jargas di daerahnya. Selain karena gas bumi mengalir 24 jam di rumahnya, harga yang dibayarkan pun relatif murah.

“Sebagai perbandingan, sebelum pakai jarga, saya dirumah menghabiskan 3-4 tabung LPG 3 kg. Jadi supaya dapat harga sesuai HET, saya biasanya membeli di pangkalan. Kalau di pangkalan kan harus antri, tapi dapat harga Rp 18.000. Kalau beli di warung harganya bisa Rp 25.000 per tabung. Sementar dengan memakai jargas, perkiraan biaya yang harus saya bayar cuma sekitar Rp 20.000 perbulan," tambahnya.

Pekanbaru Jadi Percontohan Jaringan Gas (Jargas) Rumah Tangga

Keputusan Pemerintah Provinsi Riau menjadikan Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru sebagai wilayah pertama di Riau yang mendapatkan pembangunan jaringan pipa gas ke rumah tangga tak lepas dari keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah mengajukan permintaan pembangunan jargas pada 2012, namun untuk pembangunannya sendiri baru dimulai pada tahun 2015.  Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau mendapat jatah pemasangan 20 ribu sambungan jaringan gas (jargas) rumah tangga hingga tahun 2024.

Camat Limapuluh Adiyanto, mengatakan kepada media, adapun penentuan lokasi pembangunan jargas rumah tangga tersebut merupakan murni dari keputusan Kementerian ESDM setelah melihat dan melakukan survey kelayakan.

Saat itu, menurut Adiyanto, Pemko Pekanbaru dimintai usulan wilayah yang akan jadi program percontohan gas kota dan mengusulkan beberapa kecamatan. "Tetapi setelah Kementerian ESDM melihat kontur tanah, lokasi wilayah yang dekat dengan sumber aliran gas, maka pilihan jatuh kepada Kecamatan Limapuluh," beber Adiyanto lagi.

Adiyanto mengatakan pembangunan jaringan dimulai dengan memasang pipa dan membangun empat regulator di empat titik.  "Sebagai pusat kontrol ada empat lokasi pembangunan regulatornya yakni di Kantor Camat Limapuluh, Pasar Limapuluh, Puskesmas dan Dispora," tuturnya lagi.

Dalam pembangunan jaringan gas, teknisi menanam pipa di tepian jalan raya untuk kemudian dilanjutkan ke masing-masing rumah tangga. Sementara pipa jaringan gas sepanjang 84.306 meter berada di Kelurahan Rintis, Pesisir, Sekip, dan Tanjung Rhu, di Kecamatan Lima Puluh.

Adapun jargas tersebut diperuntukkan untuk 3.713 sambungan rumah dan 11 regulating station (RS).  Sedang pada jaringan yang diperoleh tahun 2017, pipa jaringan sepanjang 71.327 meter berlokasi di Kecamatan Sail, tepatnya di Kelurahan Cinta Raja, Sukamaju dan Sukamulya. Untuk Kecamatan Pekanbaru Kota, tepatnya di Kelurahan Sukaramai, Kota Baru, Tanah Datar, Kota Tinggi dan Sumahilang, jargas telah memiliki pelanggan 3.270 sambungan rumah dan 3 regulating station (RS).

Ditanya soal keamanan dan biaya pemasangannya, Adiyanto menyebut, “Pemasangan jaringan gas alam kerumah-rumah warga adalah gratis. Dan soal keamanan jaringan gas alam ini sudah dites keamanannya oleh pihak Pertamina sendiri dan tekanan gas alam ini rendah, sehingga tidak akan membuat masyarakat menjadi ketakutan karena aman,” jelasnya.


(Meteran jaringan gas (Jargas) di Kota Pekanbaru, Riau juga dilengkapi berbagai imbauan untuk sistem keamanan. PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) selaku sub holding gas melaksanakan Penugasan Jargas Kementerian ESDM dengan dana APBN melalui PT Pertamina Gas bekerja sama dengan perusahaan daerah PT Sarana Pembangunan Pekanbaru/Foto : Devi Mewani) 

Direktur PT Sarana Pembangunan Pekanbaru, Heri Susanto kepada media di Pekanbaru menyebut jika pemasangan jaringan gas (jargas) di Kota Pekanbaru dilakukan secara bertahap di setiap tahunnya.

Heri mengatakan pemasangan sudah berlangsung di Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Senapelan dan Kecamatan Limapuluh. Sejauh ini, pemasangan jaringan di lapangan berjalan lancar dengan pengawasan langsung dilakukan Perusahaan Gas Negara (PGN).

Pada tahap ke-1 lalu yakni di tahun 2015, sudah terpasang sebanyak 3.317 sambungan di Kecamatan Limapuluh dan sudah berfungsi. Di tahap ke-2 yang dilakukan pada tahun 2018, sudah terpasang sebanyak 7 ribu sambungan Jargas di Kecamatan Pekanbaru Kota dan Kecamatan Sail. Dan di tahun 2020, sebanyak 5.077 Jargas ditargetkan rampung.

"Direncanakan, akan ada penambahan dari Dirjen Migas 20 ribu sambungan lagi untuk kota Pekanbaru hingga 2024," terangnya lagi.

Namun, untuk lokasi pemasangan 20 ribu sambungan Jargas itu belum ditentukan, namun pemasangan akan dilakukan secara bertahap setiap tahunnya.

Sebagai informasi, saat ini Pemko Pekanbaru sudah melakukan sosialisasi dan pendataan kepada masyarakat penerima sambungan jargas dengan dibantu pihak kelurahan yang mengusulkan by name by address.

"Merupakan tugas lurah untuk mensosialisasikan tentang jargas ini ke masyarakat. Nantinya setelah didata, warga akan diminta melampirkan foto kopi Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP), sebelum baru dikirim ke Dirjen Migas. Nantinya, pihak Dirjen Migas yang akan turun ke lapangan untuk menyeleksi penerima," jelas Heri.

Heri juga menerangkan mengenai pembayaran jargas tersebut setelah pemasangan selesai dilakukan di rumah warga yang terpilih.

“Warga hanya perlu membayar uang retribusi perbulan dengan sistem pasca bayar seperti token listrik,” tambah Heri lagi.

Menurut Heri, dengan penggunaan jargas, biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga jauh lebih hemat. “Untuk operasional, jargas ini telah memakai ampermeter yang sistemnya sama seperti pemakaian listrik. Tentu ini akan mengurangi pengeluaran ekonomi rumah tangga masyarakat,” kata Heri lagi.

Heri juga menyebut keuntungan bagi masyarakat jika menggunakan jargas jika ditilik dari sisi efisiensi.

“Gas PGN ini mengalir selama 24 jam setiap hari, sehingga masyarakat tak perlu khawatir akan kehabisan. Sementara dari sisi ekonomis, harga gas PGN juga  jauh lebih murah dibanding bahan bakar lainnya,” tutup Heri.

Sementara untuk perawatan instalasi maupun saluran pipa jargas, PGN tidaklah main-main. Hal tersebut diungkapkan oleh Awang Purwono, staf Operational and Maintenance PGN.

Awang mengatakan jika seluruh aset PGN dijaga lewat dua sistem perawatan yang dikerjakan yaitu perawatan rutin dan perawatan berdasarkan laporan warga jika mengalami gangguan teknis.

“Jika warga menelepon ke call center kami, maka kami akan langsung bergegas untuk memperbaikinya. Sejauh ini, gangguan teknis yang dialami warga tak lebih dari laporan gas mati. Bukan mengenai faktor keamanan dan keselamatan,” kata Awang.

Kerjasama Pertamina dan Kementerian ESDM

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024, pembangunan jargas termasuk salah satu proyek strategis nasional.

Pembangunan jargas merupakan bagian dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) tahun 2015-2030 karena dapat memenuhi kebutuhan energi yang bersih, bersaing, ramah lingkungan, dan efisien serta menjadikan gas alam sebagai solusi mengatasi krisis energi di Indonesia.

Jargas juga merupakan salah satu upaya Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan pemanfaatan gas untuk dalam negeri, untuk mengurangi impor LPG sebesar 603.720 ribu ton per tahun, penghematan subsidi LPG sebesar Rp297,55 miliar per tahun, serta menghemat pengeluaran energi masyarakat Rp386 miliar per tahun.

Jika ditilik dari sisi ekonomi, jargas bermanfaat mengurangi defisit neraca perdagangan migas mencapai Rp2,64 triliun per tahun. Dimana kebutuhan gas untuk jargas relatif kecil di mana 0,1 mmscfd dapat digunakan untuk memenuhi 10.000 SR.

Menurut Kementrian ESDM, kriteria suatu kota dapat dibangun jargas antara lain dengan ketersediaan suplai gas, ketersediaan infrastruktur gas dan pasar.  Selain itu, pemasangan jargas merupakan proyek yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu atau miskin di Indonesia.

Menteri ESDM Sudirman Said, mengatakan PT Pertamina (Persero) menunjuk anak perusahaannya yang juga berperan sebagai subholding gas yaitu PT PGN Tbk, untuk membangun jaringan gas untuk rumah tangga.

Ditunjuknya PT PGN ini karena melihat komitmen perusahaan dalam menjalankan fungsi midstream dan downstream dalam layanan gas bumi nasional.

Sementara itu, pengalaman PGN dalam pendistribusian gas bumi melalui pipa ke pelanggan rumah tangga bukanlah hal yang baru.  Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama PT PGN, Hendi Prio Santoso. Hendi mengatakan jika PGN telah menyalurkan gas melalui jaringan pipa ke rumah tangga sejak tahun 1974.

“Pembangunan jaringan gas bagi rumah tangga di Indonesia bukanlah hal baru lagi. Dari tahun 1974 kita sudah membangunnya. Pelanggan PGN di kalangan rumah tangga sudah tersebar di Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” pungkas Hendi.

Namun kesuksesan program jargas ini diakui oleh Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Dilo Seno Widagdo tidak semata-semata dari pihak Pertamina saja, tapi juga  dipengaruhi koordinasi, kerja sama, dan dukungan dari seluruh pihak terkait.

“Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam menjaga infrastruktur dan fasilitas jargas dari oknum-oknum yang berupaya menghambat suksesnya program strategis ini, karena tujuan dari jargas ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan energi yang bersih, bersaing, ramah lingkungan, dan efisien,” kata Diko.

Pertamina Menuju Net Zero Emission 2060

Satu langkah strategis Pemerintah Indonesia untuk menggantikan penggunaan minyak bumi adalah dengan meningkatkan penggunaan bahan bakar gas bumi untuk sektor rumah tangga dan pelanggan kecil lewat program yang disebut jaringan gas untuk rumah tangga atau gas kota.

Pembangunan jaringan gas untuk rumah tangga merupakan program prioritas nasional yang bertujuan untuk diversifikasi energi, pengurangan subsidi, penyediaan energi bersih dan murah. Dengan program jargas ini, masyarakat Indonesia diharapkan memiliki bahan bakar yang lebih bersih, aman, serta murah.

Jika berbicara mengenai bahan baku yakni gas alam, maka Indonesia tak perlu dikhawatirkan. Perlu diketahui, Indonesia mempunyai cadangan gas alam terbesar nomor 6 di dunia. Cadangan gas Indonesia saat ini setara 135 trillions of standard cubic feet (TSCF), sementara produksi sehari-harinya sekitar 8.000 mmscfd.

Gas bumi dinilai memiliki nilai tambah sebagai energi alternatif di masa transisi energi menuju target Net Zero Emission tahun 2060 mendatang.

PT Pertamina (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia dengan core business di bidang eksplorasi dan pengolahan migas memiliki komitmen untuk mencapai net zero emission di 2060.

Melalui berbagai program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's), Fadjar Djoko Santoso selaku VP Corporate Communication Pertamina menyampaikan,  Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi terus mendorong pengembangan bisnis green energy di seluruh lini usaha.

Adapun komitmen tersebut dilakukan melalui road map dengan 2 pilar utama, yakni dekarbonisasi bisnis dan pengembangan bisnis baru.

Dalam konferensi perayaan 20 tahun Chartered Financial Analyst (CFA) Society Indonesia bertemakan 'Indonesia's Transition towards Net Zero', Dannif Danusaputro, Direktur Utama Pertamina NRE, memaparkan mengenai inisiatif dekarbonisasi yang mencakup efisiensi energi, pembangkit listrik berbasis energi hijau, pemanfaatan kendaraan listrik, CCS/CCUS internal, serta bahan bakar rendah emisi.

Adapun tiga pilar strategis yang dimiliki Pertamina yakni :

1. Solusi karbon rendah seperti gas to power, serta dekarbonisasi melalui konservasi energi dan NBS.

2. Pengembangan energi terbarukan seperti energi panas bumi, energi surya, biogas, angin, dan pasang surut air laut.

3. Pembangunan bisnis baru di sektor energi seperti baterai dan ekosistem kendaraan listrik, bisnis karbon, serta hidrogen bersih.

Lewat Jaringan Gas Rumah Tangga, Pertamina Berkomitmen Menjalankan Bisnis Secara Berkelanjutan Dengan Mengedepankan Prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola yang Baik

Melihat potensi alam di Indonesia, Pemerintah terus menggiatkan pemanfaatan gas alam lewat program Jaringan Gas (jargas) Rumah Tangga dengan memperluas area distribusinya di kota-kota di wilayah Indonesia.

Jaringan Gas (jargas) Rumah Tangga merupakan salah satu program pemerintah untuk memaksimalkan pemanfaatan gas alam untuk kebutuhan rumah tangga lewat pendistribusian melalui sistem perpipaan layaknya distibusi air.

Tak hanya Pekanbaru, beberapa kota lain di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Cirebon, Palembang, Surabaya dan Medan sudah lama menikmati bahan bakar gas jenis ini.

Menurut Undang-undang Migas No 22 tahun 2001 yang menyebutkan terbukanya bisnis distribusi gas ini turut membantu pelaksanaan kebijakan gas kota dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan daerah maupun swasta untuk terlibat di dalamnya.

Sejalan dengan inisiatif pemerintah membentuk Holding BUMN Migas, pada 11 April 2018, PGN telah menjadi bagian dari PT Pertamina (Persero) dengan dialihkannya saham Seri B milik Negara RI yang menandai terbentuknya Holding BUMN Migas. Selanjutnya pada 28 Desember 2018, PGN resmi menjadi Subholding Gas dengan pengambilalihan 51% saham milik PT Pertamina (Persero) pada PT Pertamina Gas.


(Petugas PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) sedang memasang jaringan gas, Foto : Republika)

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) pun berganti nama alias rebranding menjadi PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN), bertepatan Hari Ulang Tahun ke-64 PT Pertamina (Persero) pada10 Desember 2021 lalu.

Lewat sebuah tayangan video singkat yang diposting di akun resmi Instagram PGN, Jumat (9/12/2021) lalu, M Haryo Yunianto, Direktur Utama PT PGN, mengatakan bahwa penggantian nama tersebut selaras dengan semangat sinergi dalam satu energi satu Pertamina.

"Maka inilah saatnya bagi subholding gas Pertamina untuk menyelaraskan semangat satu energi satu Pertamina. Karena kami PGN, Pertamina Gas Negara," kata Haryo.

PGN terus bertumbuh sebagai di bidang transportasi dan distribusi gas bumi yang berperan besar dalam menyediakan gas bumi domestik terbesar di Indonesia dengan memperkuat pondasi dan bertransformasi dari perusahaan transmisi dan distribusi gas bumi menjadi penyedia solusi energi terintegrasi, terutama bagi daerah yang selama ini belum terjamah gas bumi namun memiliki potensi ekonomi yang sangat baik.

Hal tersebut diungkapkan oleh Rachmat Hutama selaku Sekretaris Perusahaan PGN.

Rahmat mengatakan jika prioritas utama PGN adalah pembangunan berbagai infrastruktur pembangunan gas, mengingat semakin besarnya kebutuhan energi yang lebih efisien di berbagai wilayah di Indonesia.

“Infrastruktur gas merupakan kunci dalam optimalisasi pemanfaatan gas bumi yang berkelanjutan. Selama lebih dari setengah abad, PGN berhasil membuktikan bahwa gas bumi lebih efisien dan ramah lingkungan," jelas Rachmat.

Hingga saat ini, lebih dari 10 ribu kilometer jaringan pipa PGN telah berhasil dibangun. Jaringan pipa itulah yang melayani lebih dari 300 ribu konsumen berbagai segmen pasar serta mengelola jaringan gas milik pemerintah (jargas) sepanjang 3.800 kilometer di berbagai wilayah di Indonesia.

Adapun berbagai infrastruktur yang dibangun PGN sebagai subholding gas bumi adalah infrastruktur beyond pipeline, dengan berbasis Liquified Natural Gas (LNG) dan Compressed Natural Gas (CNG).

Sesuai dengan rencana kerja PGN sampai  tahun 2024, Pertamina akan  membangun sejumlah infrastruktur baru  untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangkau wilayah geografis dengan karakteristik kepulauan di seluruh wilayah Indonesia.

Pembangunan tersebut diantaranya;

  1. Membangun jaringan pipa distribusi sepanjang 500 km,
  2. Membangun pipa transmisi 528 km,
  3. Membangun 7 LNG filling station untuk truk/kapal,
  4. Membangun 5 FSRU,
  5. Membangun 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG PGN

Faris Aziz, Direktur Sales & Operations PT PGN menerangkan jika infrastruktur gas bumi di Sumatera juga telah didukung  infrastruktur jaringan pipa transmisi, distribusi, FSRU serta fasilitas pedukung lainnya.

Adapun infrastruktur ini terintegrasi dan menghubungkan multi pasokan dari berbagai sumber pasokan gas baik gas pipa maupun gas LNG yang dikelola secara baik oleh PGN Group.

“Dengan didukung oleh infrastruktur yang handal serta personel yang kompeten, PGN berkomitmen dalam menjaga keandalan penyaluran gas kepada para pelanggan, sehingga akan menciptakan kepastian, kontinuitas, dan dukungan bagi pemanfaatan energi ramah lingkungan dan peningkatan perekonomian untuk memenuhi kebutuhan serta potensi pasar,” kata Faris dalam siaran pers pada Rabu, 4 Oktober 2023 lalu.

Faris mengungkapkan berkat dukungan pemerintah melalui kebijakan kemudahan dalam mendapatkan supply gas, baik gas pipa maupun LNG, membuat PGN semakin komprehensif dalam menjalankan mandat untuk mengelola niaga gas nasional dan perluasan akses gas bumi nasional.

PGN yakin bahwa pemerintah memiliki opsi dalam mengembangkan infrastruktur dan pemanfaatan gas bumi nasional dengan tetap menggandeng PGN sebagai mitra utama. PGN akan terus berusaha secara maksimal untuk mengoptimalkan portofolio tersebut dan melayani masyarakat,” kata Faris lagi.

Dengan wilayah kegiatan usaha gas bumi PGN yang telah tersebar di 17 provinsi dan 73 kota/kabupaten di Indonesia, portofolio pengelolaan infrastruktur hilir gas bumi PGN Group mencakup 95% dari infrastruktur hilir gas bumi.

PGN akan terus memperluas jaringan infrastruktur gas bumi ke berbagai daerah,” tutup Faris.

Dengan misi melalui pemanfaatan gas bumi mampu memperluas layanan melalui konektivitas maupun aksebilitas gas bumi PGN, sehingga dapat mengoptimalisasi dalam pengembangan layanan untuk industri, komersial serta pembangkit listrik, PGN berkomitmen untuk mendistribusikan gas alam ke rumah-rumah tangga di seluruh Indonesia.

Sehingga jaringan gas mampu menjadi solusi dari lara para ibu rumah tangga di Indonesia tentang ketersediaan gas elpiji.

Karena dibalik asap yang ngebul di dapur, ada gas alam Pertamina yang ikut campur.   ***

PENULIS  : DEVI MEWANI

Link Berita : https://www.riau24.com/berita/baca/1698503333-dibalik-asap-yang-ngebul-di-dapur-ada-gas-alam-pertamina-yang-ikut-campur?page=all