Sepenggal Asa Berbalut Darma Dari PT Pertamina Hulu Energi di Wisata Pulau Tilan Negeri Seribu Kubah

Devi 3 Dec 2022, 22:32
  Sepenggal Asa Berbalut Darma Dari PT Pertamina Hulu Energi di Ekowisata Pulau Tilan
Sepenggal Asa Berbalut Darma Dari PT Pertamina Hulu Energi di Ekowisata Pulau Tilan
  • Keberadaan Wisata Pulau Tilan di Desa Rantau Bais kini semakin elok. Desa Rantau Bais yang terkenal dengan sumber minyak bumi ini terus melakukan berbagai perubahan. 
  • Lewat program CSR dari SKK Migas-PHE Pertamina, Desa Rantau Bais kini semakin dikenal masyarakat. PHE Pertamina telah memberikan kontribusi yang luar pada perubahan wajah Ekowisata Pulau Tilan.
  • Potensi wisata banyak ditemui di Indonesia, namun banyak pula yang hanya terbengkalai karena tidak mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.

RIAU24.COM -  Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar nama Kabupaten Rokan Hilir?

Sudah pasti Festival Bakar Tongkang atau Wisata Pulau Jemur, bukan ?

Namun tahukah Anda, ternyata ada wisata alam yang sangat menarik di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil).

Adalah Kepenghuluan (Desa) tua yang bernama Rantau Bais.

Kepenghuluan Rantau Bais dikenal karena memiliki pesona keindahan alami dan telah dinobatkan menjadi desa wisata di Negeri Seribu Kubah, julukan Rokan Hilir.

Keindahan alam Kepenghuluan Rantau Bais dikenal masih sangat alami, asri, dan belum banyak dipengaruhi budaya luar.

Bahkan wilayah di Kepenghuluan Rantau Bais ini terlihat bak zamrud karena begitu hijaunya. Desa ini bagaikan negeri dalam dongeng, karena memiliki banyak pepohonan yang rindang yang belum pernah terjamah pengrusakan tangan usil manusia.

Tak hanya indah, nuansa adat istiadat lokal juga sangat kental membalut desa ini.

Jika beruntung, Anda bisa menikmati salah satu budayanya yang sangat unik, yaitu adat pernikahan dengan prosesi tepuk tepung tawar yang dilanjutkan dengan prosesi betauh betakek yang dilengkapi dengan pencak silat dan tari-tarian Melayu.

Berada di Kepenghuluan Rantau Bais akan melemparkan kita pada suasana pedesaan yang benar-benar jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.


(Rumah-rumah suluk di Kepenghuluan Rantau Bais, Foto : Indah Puspa Sari/Kompasiana)

Tapi jangan salah, ada segudang daya tarik wisata tersimpan dengan indahnya di Kepenghuluan Rantau Bais ini.

Salah satunya adalah rumah-rumah suluk atau rumah-rumah tua. Di Rantau Bais masih  banyak ditemukan rumah-rumah tua dengan ciri khas arsitektur Melayu yang terlihat pada ukiran kayunya. Ukiran ini seolah tak hilang digerus zaman dan masih terus dipelihara oleh masyarakat di Kepenghuluan Rantau Bais hingga saat ini.

Rumah-rumah tua tersebut dimiliki lebih kurang 400 Kepala Keluarga.  Tak hanya wisata rumah suluk, ada juga wisata bersejarah di Kepenghuluan Rantau Bais yaitu makam keramat yang melegenda.

Di Kepenghuluan Rantau Bais juga terdapat sebuah Mesjid Raya As Salam yang berumur sudah sangat tua.

Umumnya etnis yang tinggal di Kepenghuluan Rantau Bais adalah Suku Kandang Kopuh, Suku Melayu, Suku Kuti, Suku Ampu Melenggang, Suku Ampu Sialok, Suku Ampu Karang, Suku Setia Pahlawan, Suku Minang dan Suku Jawa.

Kepenghuluan Rantau Bais terletak di jalan lintas Duri – Sumut atau berada ditengah-tengah antara ibu kota kabupaten Rokan Hilir dengan kota Duri kecamatan Mandau.

Nah, di seberang Kepenghuluan Rantau Bais atau tepatnya 6 kilometer dari Kepenghuluan Rantau Bais tersimpan sebuah keindahan alam yang tak kalah indahnya dari  Kepenghuluan Rantau Bais.

Namanya Pulau Tilan.  

Objek wisata Pulau Tilan ini sangat mudah sekali diakses dari Kepenghuluan Rantau Bais, karena dapat ditempuh sekitar 10 menit cukup dengan menggunakan pompong ataupun sampan kayu.

Keberadaan Pulau Tilan pun tidak terlepas dari nama besar Kepenghuluan Rantau Bais.

Bahkan wisata Pulau Tilan merupakan destinasi wisata yang satu-satunya di provinsi Riau yang dikelilingi oleh sungai Rokan.

Lokasi untuk mencapai Pulau Tilan tidaklah sulit karena sudah ada jalan aspal yang sampai ke dermaga Pulau Tilan.

Meski namanya Pulau, tapi Pulau Tilan tidaklah berada di tengah lautan biru dan luas. Melainkan berada di tengah-tengah Sungai Rokan, sungai yang menjadi kebanggaan masyarakat Negeri Seribu Kubah.

Letak geografis Pulau Tilan juga cukup strategis, yakni sekitar 21 Km dari Ujung Tanjung Kecamatan Tanah Putih ke arah Desa Rantau Bais, Kabupaten Rokan Hilir.

Jika dihitung-hitung, dari simpang Jalan Ujung Tanjung, Pulau Tilan hanya berjarak 12 kilometer menuju simpang Jalan Kepenghuluan Rantau Bais.

Dan jika dihitung dari Simpang Bukit Timah ke simpang jalan menuju Kepenghuluan Rantau Bais hanyalah 7 kilometer.

Sementara dari Pekanbaru, akses jalan ke Kepenghuluan Rantau Bais bisa dilewati melalui tol Permai dan keluar di pintu toll bathin solapan. Dari pintu toll batin solapan sekitar kurang lebih 40 km.

Dengan luas sekitar 454 hektare (Ha), seluruh lingkungan dan habitat yang ada di Pulau Tilan masih terjaga. Sebanyak 80 persen wilayah Pulau Tilan merupakan hutan dengan pohon-pohon besar yang masih terjaga.

Nama pulau Tilan sendiri memiliki 2 versi menurut cerita turun - temurun dari para tetua di zaman dahulu.

Pertama, dinamakan pulau Tilan dikarenakan pada zaman dahulu di Sungai Rokan banyak sekali  ikan Tilan yang hidup, tepatnya di Desa Rantau Bais . Saking banyaknya, ikan Tilan tersebut membentuk sebuah pulau.

Dilansir Riau24.com dari The IUCN Red List of Threatened Species (IUCN = International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) yang merupakan sebuah badan internasional untuk konservasi sumber daya alam menjelaskan bahwa Ikan Tilan (Mastacembellls erythrotaenia, Bleeker 1850) merupakan spesies ikan tawar dari Genus : Mastacembelus, Famili : Mastacembelidae, Ordo : Perciformes.

Ikan Tilan sendiri banyak ditemukan di kawasan Asia seperti Cambodia, Malaysia, Thailand maupun Vietnam.

Di Indonesia ikan ini hidup di Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan beberapa pulau lainnya.

Namun kini, populasi ikan Tilan mengalami penurunan setiap tahunnya. Penangkapan besar-besaran oleh para nelayan menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah spesies ini.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, IUCN kemudian mengeluarkan peringatan tindakan konservasi berupa monitoring perkembangan habitat dan populasi atas spesies ini.

Tentu saja, hal ini perlu menjadi perhatian bagi masyarakat di Kepenghuluan Rantau Bais. Hal ini dimaksudkan agar populasi ikan Tilan tidak punah, sehingga nama Pulau Tilan pun tidaklah sekedar nama belaka.

Bahkan untuk mengingkatkan masyakarat di Kepenghuluan Rantau Bais, sebuah patung Ikan Tilan telah dibangun di Pulau Tilan.


(Patung Ikan Tilan di Pulau Tilan, Foto : Indah Puspa Sari/Kompasiana)

Selain untuk memberikan wawasan pengetahuan bagi pengunjung, juga mengingatkan masyarakat akan asal usul nama Pulau Tilan.

Patung ini pun dibangun sangat mirip dengan Ikan Tilan aslinya, walau hanya berbeda sedikit dalam segi ukuran.

Untuk versi kedua, nama pulau Tilan disebut-sebut diambil dari singkatan Tanah Ikatan Lembaga Adat Ninik Mamak.

Sebagai informasi, tanah di Pulau Tilan tidak diperbolehkan untuk dimiliki secara individu. Setiap warga yang tinggal di Pulau tidak memiliki hak milik melainkan hanya ada hak pakai.

Jadi setiap warga di Pulau Tilan boleh memanfaatkan tanah di pulau tersebut untuk meningkatkan kesejahteraannya, namun dengan catatan tidak boleh melanggar aturan adat yang ditetapkan oleh Ninik Mamak Suku Nan Tujuh. 

Selain itu, mitos di tengah-tengah masyarakat menyebutkan bahwa Pulau Tilan ini dibangun oleh segerombolan ikan tilan yang berusaha untuk menyelamatkan putri hijau dari raja yang terkenal jahat dan dzolim.

Wisata Pulau Tilan


(Kapal pompong tengah bersandara di dermaga, Foto : Kompas.id)

Siang itu, dipenghujung November 2022 semilir angin siang itu cukup terik, tapi sinar mataharinya tak begitu terasa menyengat tubuh.

Sebuah pompong terlihat merapat ke pulau. Jefri pun bersiap menyambut tubuh-tubuh mungil, yang tak sabaran hendak menjejakkan kaki mereka di Pulau Tilan.

Jefri merentangkan kedua tangannya, menyambut anak-anak yang terlihat sangat bersemangat untuk segera keluar dari pompong tersebut. Tak hanya anak-anak, beberapa pengunjung ibu-ibu paruh baya juga terlihat tak sabar ingin menjejakkan kakinya di Pulau Tilan.

Jefri yang juga merupakan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Tilan ini pun terlihat mulai sibuk menurunkan para penumpangnya satu persatu, yang seolah-olah berlomba ingin mencapai tepian pulau.

Rombongan tersebut diketahui dari Duri dan Bengkalis dan diangkut mengunakan satu perahu wisata atau dikenal dengan sebutan pompong.

“Pompong ini bantuan dari program CSR PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan merupakan satu-satunya sarana penyeberangan untuk mencapai pulau yang terkenal dengan ekowisata alaminya ini,” kata Jefri memulai percakapan.

Jefri yang juga jebolan Manajemen Keuangan Universitas Islam Riau (UIR) ini menceritakan meski banyak perahu masyarakat di aliran sungai Rokan itu namun tak ada yang boleh menyeberangkan wisatawan.

“Untuk keperluan wisata di Pulau Tilan ini telah diserahkan sepenuhnya kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Tilan. Pokdarwis inilah yang bertindak sebagai pengelola,” kata Jefri lagi.

Pria berusia 27 tahun ini pun tak sungkan-sungkan menceritakan bagaimana awal mulanya pembentukan Pokdarwis.

“Awalnya kita hanya perkumpulan para pemuda. Tapi akhirnya kita membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk mendukung potensi wisata Pulau Tilan setelah Kepenghuluan Rantau Bais mendapat status sebagai desa wisata pada tahun 2016,” terang Jefri.


(Jefri, Ketua Pokdarwis Pulau Tilan, Foto : Facebook Wisata Pulau Tilan)

Kepenghuluan Rantau Bais juga merespon dengan baik pembentukan yang digagas oleh sekelompok pemuda. Bentuk dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hilir juga tampak, dengan dikuatkannya Pokdarwis Pulau Tilan melalui SK Bupati.

“Adapun untuk periode pertama Pokdarwis Pulau Tilan dipimpin Pirdos S.Sos dan saya meneruskan estafet berikutnya pada periode 2018,” ujar Jefri lagi.

Dari beberapa warga, kami berhasil mendapat cerita jika Wisata Pulau Tilan di Kepenghuluan Rantau Bais ini merupakan hasil inisiatif pemuda yang dikomandoi oleh Pak Tazlim di tahun 2011.

Saat itu, Pak Tazlim yang merupakan tokoh pemuda, melihat potensi dari Pulau Tilan sangatlah layak untuk dijadikan sebagai destinasi wisata.

Pak Tazlim kemudian mengajukan usulan kepada perangkat Kepenghuluan Rantau Bais dan Ninik Mamak Suku Nan Tujuh untuk membuat kegiatan hiburan dan wisata di Pulau Tilan.

Usulan itu pun diterima. Bahkan dukungan dari aparat Kepenghuluan Rantau Bais dan ninik mamak suku nan tujuh juga diberikan kepada Pak Tazlim.

Namun sayang, Pak Tazlim yang merupakan inistiator pembukaan wisata Pulau Tilan tersebut sudah meninggal dunia.

Pada tahun 2019, Pokdarwis Pulau Tilan pun akhirnya mulai membuka Wisata Pulau Tilan sebagai upaya pengembangan kegiatan wisata setiap hari Sabtu dan Minggu.


(Bangau putih beterbangan di Pulau Tilan, Foto : Facebook Wisata Pulau Tilan)

Di hari Sabtu dan Minggu, masyarakat boleh mengunjungi dan menikmati wisata alam di Pulau Tilan.

Pembukaan yang dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu tersebut mendapat respons yang positif dari pengunjung.

“Banyak pengunjung yang senang. Kami dari Pordakwis pun turut bahagia karena kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan wisata Pulau Tilan bisa dinikmati langsung,” kata Jefri lagi.

Jefri pun berangan-angan jika kelak Wisata Pulau Tilan mampu menjadi kawasan destinasi Ekowisata yang cukup diperhitungkan di Provinsi Riau, Indonesia bahkan ke tingkat internasional.

“Besar harapan kami Pulau Tilan dapat dikunjungi oleh wisatawan setiap saat dengan tetap melaksanakan festival setiap tahunnya,” harap Jefri.

Pulau Tilan juga memiliki pemandangan indah dengan karakteritik flora Sumatera dan menyimpan potensi perikanan yang cukup besar.

Dengan kondisi Pulau Tilan yang memiliki hutan alam yang asri dan lebat, membuat pulau ini sangat cocok menjadi lokasi bumi perkemahan maupun tempat penelitian ilmiah, karena terdapat berbagai tanaman yang tinggi dan besar, mengindikasikan usia pohon yang sangat tua.

Tak hanya tanaman,  banyak sekali  Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), Kerbau (Bubalus bubalis) serta burung liar yang berkeliaran di sekeliling sungai.

Pulau ini juga memiliki padang rumput luas yang sering dihinggapi oleh Burung Bangau Putih (Ciconia ciconia).

Suasana tenang di Pulau Tilan ini sangat cocok untuk menenangkan fikiran dan cocok dijadikan tempat untuk berswafoto bersama teman dan sanak keluarga.

Cukup menghabiskan waktu selama 45 menit menggunakan sampan untuk menjelajahi Pulau ini.

Suasana Pulau Tilan di sore hari menjelang matahari terbenam sangatlah syahdu. Akan terlihat temaram lampu-lampu dari rumah penduduk di tepi sungai, bagaikan kunang-kunang berkerlap-kerlip.

Dengan fasilitas dermaga, perahu penyeberangan maupun perahu memancing dan dilengkapi jembatan apung, taman bermain, gazebo, volley pantai, serta lapangan golf mini, Pulau Tilan kini terus menggeliat.

Tak heran jika Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir begitu bersemangat mendorong pulau ini untuk menjadi salah satu destinasi wisata lokal yang mampu menjangkau turis mancanegara.

Perilaku masyarakat sekitar untuk menjaga keindahan Desa Rantau Bais dan Pulau Tilan juga sangat tinggi.

Selain itu, kondisi alam Pulau Tilan yang ditumbuhi oleh padang rumput yang luas sehingga tempat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat bagi hewan ternak sapi dan kerbau.

Masyarakat memanfaatkan areal pulau Tilan untuk pengembangan ternak, hewan seperti sapi. Yang uniknya, sapi-sapi itu dibiarkan bebas tinggal di Pulau Tilan.

Dan sampai sejauh ini, tidak pernah ada kejadian ternak atau pengunjung yang mengalami serangan oleh hewan liar.  Selain tidak adanya serangan hewan ganas, aksi pencurian terhadap ternak di pulau pun tak pernah terjadi. 

"Tapi meskipun begitu, sesekali pemilik ternak datang melihat, kadang dua-tiga kali seminggu. Sebenarnya ternak sapi ini juga bisa menjadi kegiatan wisata jika dirancang dan dikelola secara tepat dan professional," kata Jefri.

Saat Covid-19 merebak pada 2020 lalu, memberikan dampak dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam dunia pariwisata.

Namun menurut Jefri hal itu tidak terlalu  berdampak.

“Memang saat pandemic, angka kunjungan wisatawan cukup menurun.  Baik wistawan yang dari Rohil maupun dari daerah lain sangat sedikit berkunjung. Tapi tidak mati sama sekali, geliatnya tetap ada,” kata Jefri.

Keberadaan Pulau Tilan menurut Jefri selama ini memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat, khususnya para pemuda.

“Kini waktu para pemuda di sini banyak dimanfaatkan untuk terlibat pada kegiatan yang mendukung wisata. Disini kami semua memiliki pemahaman yang sama agar berperilaku positif serta menjaga nama baik kampung. Ini kami lakukan agar setiap orang yang berkunjung merasa betah datang berkunjung. Apalagi objek wisata ini juga berdampak pada aktifitas ekonomi masyarakat, apalagi pada saat digelarnya iven tahunan," tutur Jefri. 

Selain itu, Jefri bersyukur selain dari gencarnya dukungan Pemerintah Propinsi Riau maupun Pemda Rohil, PHE turut membantu. 

“Ada bantuan dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yaitu pengembangan wisata pulau Tilan yang diproyeksikan dalam rencana jangka panjang sekitar lima tahun,” pungkas Jefri.

Festival Pulau Tilan : Bentuk Perhatian Pemerintah Daerah Rokan Hilir, Pemerintah Provinsi Riau  dan PHE

Terdapat sejumlah kalender wisata yang ramai dikunjungi masyarakat di Pulau Tilan. Salah satunya adalah event tahunan yang bernama Festival Pulau Tilan.

Festival Pulau Tilan biasanya dilaksanakan pada bulan Syawal, setiap Lebaran hari kedua hingga Lebaran hari keempat.

Kegiatan Festival Pulau Tilan ini mendapat respon yang sangat positif dari seluruh desa maupun kepenguhuluan di Kabupaten Rokan Hilir.

Bahkan Festival Pulau Tilan ini kerap dihadiri setiap desa ataupun kepenghuluan, bahkan hingga Duri dan Dumai.

Tahun 2015, merupakan event festival Pulau Tilan pertama kalinya dilaksanakan, yang pada akhirnya menjadi event tahunan kabupaten Rokan Hilir hingga saat ini.

Event ini setiap tahunnya sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kepenghuluan Rantau Bais dan masyarakat sekitarnya.

Setiap pelaksanaan festival selalu dipadati oleh pengunjung, peserta lomba dan pedagang.

Bukan hanya dari Kepenghuluan Rantau Bais saja, tetapi juga pedagang dari berbagai daerah, meliputi Pekanbaru, Dumai, Duri dan Medan.

Kegiatan wisata Festival Pulau Tilan berlangsung selama 3 hingga 4 hari dengan rincian acara sebagai berikut :

  • Hari pertama meliputi hiburan, lomba motor cross, pesta kembang api.
  • Hari kedua, lomba pacu sampan, hiburan, lomba motorcross.
  • Hari ketiga, lomba rebana, hiburan, dan lomba memancing.
  • Hari keempat, merupakan penutupan dari kegiatan festival Pulau Tilan yang terdiri dari kegiatan, tari persembahan, lukah gilo, pembagian hadiah, dan hiburan.

Event ini melibatkan dukungan dari stakeholders terkait yaitu perusahaan - perusahaan yang beroperasi di wilayah Kepenghuluan Rantau Bais, pemerintah Kepenghuluan Rantau Bais, pemerintah kabupaten Rokan Hilir, dan pemerintah Provinsi Riau.

Pada pelaksanaannya event ini juga melibatkan seluruh desa di Kabupaten Rokan Hilir untuk menjadi peserta dari setiap cabang yang diperlombakan.

Event ini menyebabkan Pulau Tilan dikenal secara luas oleh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, khususnya Kota Duri, Kota Dumai dan bahkan Kota Pekanbaru.

Sebelum Covid-19 melanda, Festival Pulau Tilan dilaksanakan pada tanggal 11 sampai 13 Oktober 2019. 

Jefri menceritakan, biasanya saat Festival Pulau Tilan akan dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah.

“Saat Festival Pulau Tilan, banyak pengunjung yang berbondong-bondong kesini. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau juga turut mendukung pelaksaan festival itu,” kata Jefri.

Pada acara yang dilaksanakan dalam festival Pulau Tilan pada tahun 2019, diadakan berbagai kegiatan hiburan meliputi lomba motor cross dan permainan air meliputi lomba pacu sampan, lomba pacu jalur, lomba memancing, wahana sepeda air, dan wahana hand boat.

Penghulu Rantau Bais, Aljufrizal, berharap Festival Pulau Tilan mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Saya berharap dengan adanya Festival Pulau Tilan setiap tahunnya, dapat menarik minat wisatawan. Dan mampu menjadikan Desa Rantau Bais menjadi Desa Wisata berbasis budaya berwawasan lingkungan, religius, mandiri serta sejahtera masyarakatnya,” harap Aljufrizal.

Masyarakat di Kepenghuluan Rantau Bais tempat wisata Pulau Tilan berada menjadi kekuatan utama pengembangan wisata Pulau Tilan.

Hal ini terlihat dari ditajanya Festival Pulau Tilan oleh Masyarakat Desa Rantau Bais dengan membentuk panitia dari masyarakat. Mereka bekerja bahu membahu untuk melaksanakan festival yang meriah ini.

Festival ini diharapkan dapat mengembangkan potensi desa ini khususnya di bidang pariwisata, sehingga Pulau Tilan mampu menjadi salah satu objek andalan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan hingga mancanegara.

Pemkab Rohil juga sebelumnya turut mempercantik wajah Pulau Tilan dengan pembangunan sejumlah fasilitas seperti gazebo, patung-patung hewan ikonik yang merupakan khas Negeri Seribu Kubah dan lain-lain.

Bupati Rohil H Suyatno AMp menegaskan jika Pemkab Rohil mendukung penuh pengembangan Pulau Tilan.

“Kami sangat mendukung penuh wisata Pulau Tilan ini,” tegas Suyatno kepada media.

Bakti PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Terhadap Wisata Pulau Tilan


(Wisata Pulau Tilan, Foto : Kemenkraf)

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Siak sebagai salah satu perusahaan yang beroperasi di Desa Rantau Bais juga turut berpartisipasi dalam memajukan potensi Wisata Pulau Tilan.

Pada tahap pertama bantuan yang diberikan PHE berupa paket tenda komplit sebanyak 14 buah, pompong satu unit, spot foto, bangunan saung dan sebagainya.

Keberadaan tenda itu guna mendukung wisata outbond atau berkemah di Pulau Tilan.

Tak hanya dalam bentuk bantuan peralatan, PHE juga memberikan dukungan untuk pelatihan terkait pengembangan kapasitas kepariwisataan dengan melibatkan sekitar 16 orang Pokdarwis dengan studi ke Sumut beberapa waktu lalu sebelum terjadinya pandemi.

"Kami harapkan PHE terus memberikan dukungan untuk eksistensi wisata Pulau Tilan, selain itu apa yang menjadi kekurangan kami hendaknya disampaikan sehingga bisa dibenahi lebih baik lagi dalam rangka mendorong pengembangan wisata yang lebih baik," harap Jefri. 

PHE Siak juga telah menyerahkan 2 buah unit ponton untuk menambah armada transportasi pengangkutan wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Tilan.

PHE Siak Dorong Kemandirian dan Berdikari Siak Field Relations dan CID-CSR


(Serah terima kapal pompong dari PHE, Foto : Pertamina)

PT. Pertamina Hulu Energi Siak (PHE Siak) merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina Hulu Energi, yang mengelola wilayah kerja Siak sejak tahun 2014.

Sejak mengoperasikan wilayah kerja Siak, PHE Siak terus meningkatkan laju produksinya dengan teknologi yaitu huff & puff, well service, workover dan berbagai optimasi produksi lainnya.

Di awal tahun berdirinya, PHE Siak di lapangan Batang telah berkomitmen dalam Festival Pulau Tilan di Kepenghuluan Rantau Bais, Rokan Hilir dan mendukung Kepenghuluan Rantau Bais sebagai desa wisata.

Seiring berjalannya waktu, Pulau Tilan pun digadang oleh masyarakat dan pemerintah daerah Rokan Hilir sebagai destinasi wisata alam Pulau Tilan.

Adapun konsep yang diusung adalah ekowisata, yaitu kegiatan wisata yang mengedepankan kelestarian alam agar terus terjaga. Dan Ekowisata Pulau Tilan ditargetkan menjadi destinasi wisata alternatif di Rohil.

PT PHE Siak Kurniawan Adi Cahyono menuturkan memajukan Pulau Tilan merupakan bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) yang secara spesifik berupa Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan. 

"Bantuan program terkait yakni peningkatan fasilitas ekowisata Pulau Tilan berupa penyediaan toilet dan fasilitas air bersih, pembuatan fasilitas sekretariat Pokdarwis Pulau Tilan berupa rumah kayu, paket program camping ground, penyediaan perahu wisata untuk penyeberangan dan keliling pulau Tilan," ujar Kurniawan, Senin (31/8/2022) lalu kepada media.

Tidak hanya itu ada juga pembuatan tempat selfie, Festival Pulau Tilan 2016 - 2019, pelatihan dan studi inovasi.

Kurniawan mengatakan berdasarkan hasil dari studi inovasi pengembangan kawasan ekowisata Pulau Tilan, maka program jangka waktu lima tahun yang merupakan road map ekowisata pulau Tilan, akan dilakukan pendampingan terhadap Pokdarwis Pulau Tilan.

"Diharapkan dalam 5 tahun kedepan Pokdarwis bisa mengelola Pulau Tilan secara mandiri dan berdikari," ungkapnya.

Dengan pendampingan tersebut, Kurniawan berharap jika sumberdaya alam yang ada di Pulau Tilan dapat dimanfaatkan dan mampu menjadi sumber peningkatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan wisata alam yang tetap memperhatikan kelestarian. 

“Adapun pembinaan lebih kepada Pokdarwis sebagai ujung tombak pengelolaan wisata pulau Tilan, mencakup pemberian pelatihan dan peningkatan fasilitas wisata agar menambah daya tarik wisata,” tegas Kurniawan.

Dukungan terhadap desa wisata Rantau Bais dan destinasi wisata Pulau Tilan juga akan dilakukan PHE Siak dengan melaksanakan program-program unggulannya yaitu pembinaan Kelompok Sadar Wisata Pulau Tilan, Pelatihan dan Pembangunan Workshop Pengolahan Dodol Nanas yang bekerjasama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kab. Rokan Hilir, serta bidang lingkungan yaitu Pembinaan Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Tanah Putih, Rohil.

"Pembinaan terhadap masyarakat sekitar juga dilakukan, agar sama-sama menjaga kelestarian alam di sekitar Pulau Tilan," kata Kurniawan lagi.

Sejauh ini PHE Siak telah menjadikan prioritas dalam pembinaan wisata di wilayah operasi yakni di Kepenghuluan Rantau Bais,  Tanah Putih.

"Kami ingin mewujudkan Pulau Tilan agar mampu eksis sebagai ekowisata dan wisata alternatif dalam rangka mewujudkan dan mendukung desa wisata Rantau Bais," kata Kurniawan.

Untuk kedepannya, menurut Kurniawan, program tersebut akan menggandeng stakeholders terkait.

Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan sebagai program unggulan PHE Siak yang mensinergikan kegiatan-kegiatan peningkatan ekonomi dan pelestarian lingkungan di Kepenghuluan Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Hal ini juga diungkapkan oleh Bomantara Zaelani, Field Manager PHE Siak.

Bomantara mengungkapkan jika Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan adalah salah satu program untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Pulau Tilan.

“Selain itu, ini juga untuk pelestarian lingkungan wilayah sekitar operasi yang meliputi kegiatan ekowisata Pulau Tilan, kegiatan pengembangan sekolah berbasis lingkungan dan kegiatan pengolahan produk olahan nanas,” pungkas Bomantara.

Pertamina Menerima Penghargaan Untuk Ekowisata Pulau Tilan


(PHE menerima Penghargaan  kategori Gold dalam ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2019 lewat Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan di Kepenghuluan Rantau Bais, Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Foto : Pertamina)

Jika dikilas balik ke belakang, pada tahun 2019, PT. Pertamina Hulu Energi Siak (PHE Siak) telah meraih penghargaan kategori Gold dalam ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2019 lewat Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan di Kepenghuluan Rantau Bais, Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.

Prestasi yang diraih anak perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi (PHE) sekaligus sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dibawah koordinasi SKK Migas kembali menunjukan komitmen terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) melalui program Community Involvement & Development (CID) yang berkelanjutan di sekitar wilayah operasinya melalui Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan di Kepenghuluan Rantau Bais, Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.

Penghargaan diterima langsung oleh Corporate Social Responsibility (CSR) Manager PHE, Ernayetti pada malam penganugerahan ISDA 2019 yang diselenggarakan oleh Corporate Forum for Community Development (CFCD) di Jakarta (6/9/19) lalu.

 "Penghargaan yang kami dapatkan ini merupakan wujud kerja keras dan bukti nyata PHE & AP PHE dalam  melakukan upaya untuk pemberdayaan masyarakat dan lingkungan yang berkelanjutan berdasarkan pada pemenuhan kriteria Sustainable Development Goals (SDGs)” jelas Ernayetti.

Ernayetti juga mnegatakan jika Program Pengembangan Ekowisata Pulau Tilan adalah program dalam kontribusi terhadap Corporate Social Responsibility Based On SNI ISO 26000:2013 for Sustainable Development Goals (SDGs) Goals 11 yaitu Kota dan Pemukiman Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan.

"Penghargaan ini tentunya menambah tekad dan semangat kami untuk terus bersinergi dalam pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan di wilayah sekitar operasi " tegas Rizaldi Winant, General Manager PHE Siak.

Ditahun-tahun mendatang, PHE Siak terus optimis dengan program-program pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat membantu masyarakat yang ada di sekitar wilayah operasi bisa menjadi masyarakat yang mandiri, berkualitas dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Pulau Tilan merupakan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan dan sangat bagus prospeknya ke depan.

Potensi Pulau Tilan dengan alam yang masih asli, tersedianya padang rumput yang luas, begitu juga potensi wisata sungai Rokan menjadi kekuatan sangat kuat bagi pengembangan ekowisata Pulau Tilan. ***

 

PENULIS : DEVI MEWANI
Link Berita : https://www.riau24.com/berita/baca/1698768080-sepenggal-asa-berbalut-darma-dari-pt-pertamina-hulu-energi-di-wisata-pulau-tilan-negeri-seribu-kubah