AS Akan Beri Israel ‘Spice Bombs' yang Digunakan India Dalam Serangan Balakot, Apa Itu?

Amastya 9 Nov 2023, 15:55
Foto sistem Spice Family dari situs web Rafael Advanced Defense Systems /net
Foto sistem Spice Family dari situs web Rafael Advanced Defense Systems /net

RIAU24.COM - Di tengah operasi militer yang menghancurkan di Gaza, dengan korban tewas warga sipil yang sangat tinggi, pemerintahan Biden telah memilih untuk bergerak maju dengan kesepakatan senjata senilai $ 320 juta untuk Israel.

Kesepakatan itu berpusat pada transfer Spice Family Gliding Bomb Assemblies, sejenis bom pintar yang dikenal karena akurasinya yang tinggi, dari anak perusahaan AS dari perusahaan pertahanan Israel ke pemerintah Israel, seperti dilansir The Wall Street Journal.

Apa itu Spice bombs?

Spice bombs (Smart, Precise Impact, Cost-Effective) adalah senjata udara-ke-darat yang dikembangkan oleh Rafael USA, cabang Amerika dari salah satu produsen senjata paling terkemuka di Israel.

Bom-bom ini milik keluarga amunisi berpemandu yang dirancang untuk meningkatkan presisi bom terarah, yang secara efektif mengubahnya menjadi amunisi berpemandu GPS.

Spice bombs menggunakan kit panduan canggih, mengintegrasikan panduan INS / GPS (Inertial Navigation System / Global Positioning System) dan pencari elektro-optik untuk penargetan akhir yang tepat.

Teknologi ini secara signifikan meningkatkan akurasi dan kemampuan penargetan mereka, membuatnya lebih efektif dalam menyerang lokasi yang dimaksudkan.

Bom yang sama digunakan selama serangan udara Balakot di mana Angkatan Udara India pada 26 Februari 2019, menargetkan kamp teroris Jaish-e-Mohammad (JeM) di provinsi Khyber Pakhtunkhwa Pakistan sebagai tanggapan atas serangan Pulwama.

Pentagon belum mengungkapkan sejauh mana bantuan militer dan peralatan yang diberikan kepada Israel sejak dimulainya operasi militer pada 7 Oktober.

Transfer itu bertepatan dengan meningkatnya seruan internasional untuk gencatan senjata di Gaza, karena jumlah korban sipil akibat serangan udara Israel terus meningkat.

Pada hari Senin (6 November), juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengakui bahwa banyak, ribuan orang yang tidak bersalah telah kehilangan nyawa mereka di Gaza.

Pejabat senior AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah meminta Israel untuk mempertimbangkan jeda kemanusiaan untuk memfasilitasi aliran bantuan ke Gaza dan evakuasi warga sipil.

Namun, AS telah menahan diri untuk tidak secara eksplisit menganjurkan gencatan senjata, dengan alasan kekhawatiran bahwa hal itu mungkin menguntungkan Hamas, lapor CNN.

(***)