Kasus Langka Pria Tewas usai Mr P Menghitam Kena Infeksi Akibat Pakai Kateter

Devi 30 Dec 2023, 19:54
Kasus Langka Pria Tewas usai Mr P Menghitam Kena Infeksi Akibat Pakai Kateter
Kasus Langka Pria Tewas usai Mr P Menghitam Kena Infeksi Akibat Pakai Kateter

RIAU24.COM - Seorang pria mengalami kasus kematian jaringan yang "tidak biasa", setelah pemasangan kateter eksternal yang tidak tepat memutus aliran darah ke penisnya dan menyebabkan infeksi bakteri yang serius. Sayangnya, meski mendapat perawatan, pria tersebut akhirnya meninggal karena syok septik, suatu kondisi saat tekanan darah seseorang turun sangat rendah dan organ-organnya mati.

Sebelum penisnya mengalami mati jaringan atau gangrene, pria berusia 64 tahun ini telah kehilangan kendali atas kandung kemihnya karena stroke yang mengganggu aliran darah ke bagian otaknya.

Dalam laporan kasus yang diterbitkan di Journal of Medical Case Report, setelah dirawat karena stroke ia diberi resep pengencer darah untuk mencegah pembentukan bekuan darah, dan diberi kateter, alat yang dipasang di penis seperti kondom dan menyedot urin3 ke dalam kantong yang terpasang sebelum dipulangkan.

Diberitakan Live Science, sepuluh hari kemudian, pria tersebut kembali ke rumah sakit dengan demam, nyeri, dan perubahan warna penisnya menjadi hitam kecoklatan. Dokter menemukan bahwa ujung penis pasien "membengkak" dan "gangren", yang berarti terdapat sejumlah besar jaringan mati.

 Selain itu, darahnya mengandung sel darah putih dengan konsentrasi tinggi sehingga ia diberi antibiotik. Tes selanjutnya mengungkapkan bahwa ia terinfeksi Klebsiella pneumoniae, sejenis bakteri yang terkadang dapat menginfeksi pasien di fasilitas kesehatan dan menimbulkan risiko tertinggi bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

 Untuk mengobati gangren pria tersebut, pertama-tama dokter membersihkan semua jaringan mati dari area yang terkena dan mengangkat penis dan saluran yang membawa urine dari kandung kemih keluar tubuh. Kateter internal baru dipasang setelah prosedur.

Hanya saja meski pengangkatan jaringan sudah dilakukan, pemberian antibiotik dan perawatan luka dijalani, pasien meninggak karena syok septik.

"Jarak waktu antara diagnosis dan pengobatan sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas, dan penyakit ini dapat dengan cepat berkembang menjadi sepsis. Inilah mengapa penyakit ini tetap menjadi penyakit yang mengancam jiwa," tulis para peneliti.

Secara historis, pengobatan yang berhasil untuk kondisi ini melibatkan pengobatan antibiotik yang cepat dan pengangkatan jaringan mati, diikuti dengan operasi rekonstruksi. Para dokter mengikuti contoh ini, "tetapi dalam kasus kami, komplikasi septik berakibat fatal," tandas mereka. ***