Faisal Basri Sebut Utang RI Bakal tembus Rp16.000 T Jika Prabowo jadi Presiden 

Zuratul 14 Jan 2024, 18:08
Faisal Basri Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). (Tangkapan Layar/detikCom)
Faisal Basri Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). (Tangkapan Layar/detikCom)

RIAU24.COM - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri meramal bahwa utang Indonesia bisa bergerak jauh lebih dari yang dibayangkan. 

Faisal menyebutkan bahwa utang Indonesia bisa bengkak ke Rp16.000 triliun (Rp16 kuadriliun) jika Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menang di Pilpres 2024.

Faisal mengatakan utang Indonesia saat ini sudah menembus sekitar Rp8.000 triliun. 

Menurutnya, ini terjadi karena Presiden Joko Widodo membangun banyak hal tanpa mau kerja keras meningkatkan pendapatan.

Ia mengklaim Indonesia akhirnya harus ketergantungan dengan utang, di mana akhir 2024 diperkirakan bakal bertambah Rp700 triliun pinjaman baru. Faisal menyebut masyarakat, terutama generasi Z, menjadi pihak yang menderita.

"Kalau kebijakan Jokowi dilanjutkan sama Prabowo dan Gibran, bisa Rp16 kuadriliun (utang Indonesia), 5 tahun ini karena enggak kerja keras (tambah pendapatan)," ramal Faisal dalam Political Economic Outlook 2024 di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1).

Faisal menilai pemerintah seakan 'meremehkan' menarik utang baru. Ia menyebut negara tidak berpikir karena yang membayar utang bukanlah mereka para pejabat.

Namun, generasi muda yang harus menanggung kerusakan di Indonesia.

"Karena yang bayar (utang) bukan mereka, utangnya 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, yang bayar adik-adik kita. Jadi, nyata-nyata yang dilupakan itu, rezim Jokowi mewariskan beban amat berat buat generasi muda," tuturnya.

"Oleh karena itu, Anda terutama generasi Z jangan diam. Karena ulah generasi sekarang itu akan dibebankan ke gen z, bukan saya," tandas Faisal.

Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah sebesar Rp8.041,01 triliun per akhir November 2023, di mana menjadi rekor tertinggi hingga kini.

Berdasarkan buku APBN KiTa edisi Desember 2023, rasio utang tercatat 38,11 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Rasio itu masih di bawah batas maksimal yang diatur UU Keuangan Negara yaitu 60 persen terhadap PDB.

(***)