Tantangan Demografis China: Populasi Menua Ancam Pergeseran Dan Pertumbuhan Ekonomi

Amastya 19 Jan 2024, 19:15
Seorang ibu berjalan dengan putri kembarnya di sebuah jalan di Shanghai, China /Reuters
Seorang ibu berjalan dengan putri kembarnya di sebuah jalan di Shanghai, China /Reuters

RIAU24.COM China menghadapi tantangan ekonomi yang berat karena populasinya yang menua mengancam tujuan kebijakan utama, termasuk meningkatkan konsumsi domestik dan mengatasi meningkatnya utang.

Menurut Reuters, rekor tingkat kelahiran yang rendah pada tahun 2023 dan dampak kematian Covid 19 telah mengakibatkan penurunan populasi selama dua tahun berturut-turut, meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan jangka panjang negara itu.

Penurunan populasi usia kerja akan memperburuk ketidakseimbangan struktural, berdampak pada konsumsi rumah tangga dan membebani sistem pensiun dan perawatan lansia.

Situasi ini menimbulkan rintangan signifikan bagi tujuan ekonomi China untuk dekade mendatang.

Konsumsi rumah tangga China sudah merupakan salah satu proporsi terendah dari output ekonomi global.

Pembuat kebijakan bergulat dengan prospek segmen besar populasi keluar dari kumpulan tenaga kerja, memasuki masa pensiun, dan melampaui periode utama untuk konsumsi.

Sekitar 300 juta orang, kelompok demografis terbesar di negara itu berusia 50 hingga 60 tahun, setara dengan seluruh populasi AS, diperkirakan akan meninggalkan angkatan kerja dalam dekade berikutnya.

Ini terjadi pada saat anggaran pensiun sudah menggeliat, dengan Akademi Ilmu Pengetahuan China memprediksi sistem pensiun kehabisan uang pada tahun 2035.

Usia pensiun China, termasuk yang terendah di dunia, menimbulkan kekhawatiran tentang kesiapan keuangan mereka yang memasuki masa pensiun.

Orang-orang mengungkapkan kekhawatiran tentang hanya mengandalkan pendapatan pensiun.

Ketika Cina mengalami urbanisasi yang cepat, harapan tradisional anak-anak secara finansial mendukung orang tua yang menua bergeser.

Pergeseran demografis akan mengurangi rasio pekerja yang mendukung pensiunan, mengintensifkan krisis pensiun China.

Ahli demografi memperingatkan bahwa pada tahun 2050, krisis ini bisa menjadi bencana kemanusiaan.

Populasi yang menua tidak hanya mempengaruhi sistem pensiun tetapi juga memiliki implikasi ekonomi yang lebih luas.

Kelompok demografis terbesar kedua China, berusia 30 hingga 49 tahun, saat ini dalam periode konsumsi utama, diperkirakan akan berpartisipasi lebih sedikit dalam konsumsi domestik seiring bertambahnya usia.

Generasi berikutnya, berusia 20-an, adalah yang terkecil sejak 1950-an karena kebijakan satu anak China.

Tren demografis ini menimbulkan tantangan bagi sektor-sektor seperti real estat, yang menyumbang sebagian besar output ekonomi China.

Ketika permintaan perumahan menurun, ketergantungan China pada ekspor dapat meningkat, mempengaruhi inovasi dan peningkatan produktivitas.

(***)