Menakar Kemungkinan Disease X 'Next Pandemi' Muncul di RI

Devi 23 Jan 2024, 20:46
Menakar Kemungkinan Disease X 'Next Pandemi' Muncul di RI
Menakar Kemungkinan Disease X 'Next Pandemi' Muncul di RI

RIAU24.COM - Peneliti global health security sekaligus pakar epidemiologi Dicky Budiman menyoroti pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait potensi Disease X menjadi pandemi berikutnya. Dirinya yang juga ikut dalam diskusi terkait kesiapan 'next pandemic' bersama WHO tersebut, mengungkap rincian penyakit yang mungkin perlu diwaspadai.

Disease X dipahami sebagai penyakit hipotetikal, yang dikatakan belum diketahui patogennya tapi bisa menyebabkan ancaman pandemi besar di masa depan. Sebenarnya, ini bukan hal baru karena di blue print priority atau datar penyakit prioritas WHO, Disease X sudah ada sejak 2018.

Beberapa virus yang diramal menjadi pandemi berikutnya disebut Dicky masih berada di lingkup orthomyxoviridae, coronaviridae atau famili coronavirus.

"Kalau karakteristik disease x belum diketahui secara pasti karena masih bersikap teoritis, tapi ini masih bersifat virus maupun infeksi lain, misalnya bisa saja dari jamur, tetapi ketika ini dikatakan ancaman penyakit x ini angka kematiannya cukup signifikan, karena kematiannya sama atau lebih dari COVID-19," tuturnya kepada detikcom Selasa (23/1/2024).

Menurut Dicky, contoh atau gambaran Disease X pertama adalah COVID-19 lantaran merupakan virus baru yang menyebar cepat melalui saluran pernapasan dan belum memiliki vaksin.

Mereka yang tertular juga tidak memiliki imunitas tubuh yang cukup saat melawan virus karena belum pernah terpapar patogen serupa sebelumnya.

Mungkinkah Muncul di RI?

Indonesia diyakini Dicky termasuk wilayah yang rentan menyumbang potensi disease X atau pandemi berikutnya. Secara geografis, lokasi Indonesia berada di negara kepulauan dekat dengan Australia, Asia, populasi mencapai 270 juta.

"Frekuensi perjalanan sangat tinggi yang ini bisa memfasilitasi persebaran penyakit infeksi," sorotnya.

"Tingginya intensitas dari populasi ini di beberapa area bisa berpotensi menjadi atau mudahnya penularan penyakit seperti di kota-kota besar, terutama ya dengan lokasi wilayah tinggal padat dan interaksinya tinggi," beber Dicky.

Terlebih, dirinya juga menyoroti wilayah terluar, terpencil dan terbatas yang masih buruk dalam layanan kesehatan menjadi tantangan untuk kesiapan akses, deteksi, sampai respons saat muncul patogen baru.

Dicky juga mewanti-wanti berpindahnya virus dari hewan ke manusia terkait penyakit zoonosis, yang lebih besar terjadi di Indonesia.

"Hati-hati saat ada kontak dengan hewan liar dan domestik, ada risiko lebih besar meningkatkan peluang patogen pindah spesies," pungkasnya. ***