Wajib Tahu, Ini Sederet Tanda Gangguan Mental gegara Gagal Nyaleg

Devi 17 Feb 2024, 19:44
Wajib Tahu, Ini Sederet Tanda Gangguan Mental gegara Gagal Nyaleg
Wajib Tahu, Ini Sederet Tanda Gangguan Mental gegara Gagal Nyaleg

RIAU24.COM - Pelaksanaan Pemilu 2024 di Rabu (14/2/2024) telah selesai. Tak hanya pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, para calon legislatif (caleg) juga ikut bersaing untuk bisa mendapatkan posisi sebagai wakil rakyat.
Namun, tidak semua peserta pemilu bisa mendapatkan banyak suara dan gagal menjadi wakil rakyat. Secara psikologis, kondisi itu bisa saja membuat seseorang kecewa, depresi, bahkan mengalami gangguan jiwa.

Meski begitu, tidak banyak yang menyadari bahwa rasa kecewa dan stres yang dialami bisa menjadi tanda dari gangguan kejiwaan.

Psikiater dr Jap Mustopo Bahtiar, SpKJ, dari Mayapada Hospital mengatakan keluhan seseorang yang mengalami gangguan mental bisa bervariasi. Selain menjurus ke kesehatan mental, bisa juga gejalanya berdampak pada fisik.

"Bukan hanya caleg-nya saja, pada pasien lain yang saya dapatkan keluhannya itu bisa bervariasi. Kalau yang spesifik menjurus ke kesehatan mental misalnya dia jadi cemas, sulit tidur, sedih, nggak bersemangat," jelasnya, dalam sesi wawancara bersama detikcom Jumat (16/2/2024).

"Atau yang tidak begitu terlihat, dia mungkin sering mengeluh secara fisik atau somatik. Bisa saja dia sakit kepala, mual, atau gatal-gatal, berdebar-debar, sesak napas, itu juga manifestasi dari gangguan psikis," lanjut dr Jap.

dr Jap mengungkapkan pasien yang mengeluhkan kondisi seperti itu biasanya akan berobat ke dokter lain, tidak langsung ke bagian kesehatan jiwa. Bisa jadi ke dokter umum, spesialis jantung, atau ke spesialis saraf.

Umumnya, para dokter bisa mendeteksi awal adanya gangguan kejiwaan dari tanda-tanda tersebut. Untuk memastikannya, para dokter menanyakan riwayat pasien yang termasuk caleg atau memang masyarakat biasa.

Menurutnya, pertanyaan itu bisa membantu pemeriksaan agar lebih detail. Selain itu, pihak keluarga juga bisa membantu mengamati kondisi keluarganya yang sempat maju menjadi caleg.

Misalnya yang awalnya terlibat bersemangat dan yakin lolos, tapi kenyataannya tidak begitu.

"Kadang-kadang, para caleg yang mengalami ini kemampuan menilainya agak kurang, karena emosinya sudah tinggi, tidak bisa mengontrol, dan sudah benar-benar stres. Sehingga tidak menyadari," beber dr Jap

"Bisa juga dia menyangkal diri dan nggak mau berobat. Bisa saja hasil pemeriksaan yang biasa-bisa saja, tidak sesuai dengan keluhannya. Itu yang membuat pengobatannya jadi berulang-ulang," pungkasnya. ***