Putri Legenda Basket Yao Ming Jadi Sorotan, Kenali Faktor Penentu Tinggi Badan

Devi 19 Feb 2024, 16:15
Putri Legenda Basket Yao Ming Jadi Sorotan, Kenali Faktor Penentu Tinggi Badan
Putri Legenda Basket Yao Ming Jadi Sorotan, Kenali Faktor Penentu Tinggi Badan

RIAU24.COM - Putri legenda basket Yao Ming baru-baru ini kembali menarik perhatian warganet. Gadis muda bernama Yao Qinlei itu terlihat sedang berjalan-jalan bersama nenek dan ibunya, Ye Li, di Shanghai, China.

Yao Qinlei atau kerap disapa Amy itu lahir di Amerika Serikat pada 22 Mei 2010. Dikutip dari laman Min News, Amy tumbuh lebih tinggi dari anak-anak seusianya. Di usia 12 tahun, tingginya sudah mencapai 1,7 meter atau sekitar 170 cm.

Pada kemunculannya baru-baru ini, terlihat tinggi badan Amy yang kini berusia 13 tahun sudah mulai sama dengan ibunya. Diketahui, Ye Li memiliki tinggi badan sekitar 190 cm.

Dari postingan yang beredar, warganet memperkirakan tinggi badan Amy bisa nyaris menyentuh angka 2 meter.

Seperti yang dialami Amy yang memiliki orang tua dengan tinggi badan yang luar biasa, tinggi seseorang bisa ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu yang paling disorot adalah faktor gen.

Dikutip dari Healthline, gen sangat menentukan tinggi badan seseorang. Diperkirakan, faktor genetik ini menyumbang sekitar 80 persen dari tinggi badan seseorang.

Tinggi badan anak bisa diprediksi berdasarkan tinggi badan orang tua. Jika mereka tinggi atau pendek, tinggi badan si anak biasanya didasarkan pada rata-rata tinggi badan orang tuanya.

Gen bukanlah satu-satunya penentu tinggi badan seseorang. Dalam beberapa kasus, seorang anak mungkin jauh lebih tinggi dibandingkan orang tuanya atau kerabat lainnya. Atau, mungkin, ukurannya jauh lebih pendek.

Perbedaan utama tersebut mungkin disebabkan oleh faktor lain di luar gen keluarga yang berkontribusi terhadap tinggi badan.

1. Hormonal

Pada masa pubertas, hormon sangat penting untuk mengatur pertumbuhan tubuh. Ini termasuk hormon tiroid, hormon pertumbuhan manusia, dan hormon seks seperti testosteron dan estrogen.

Kelainan apapun pada hormon-hormon ini dapat mengubah pertumbuhan serta tinggi badan secara keseluruhan. Anak-anak yang mengalami hipotiroidisme (tiroid rendah) atau kelainan kelenjar pituitari mungkin memiliki tinggi badan lebih pendek dari rata-rata, dibandingkan dengan orang tuanya.

Jarang sekali kelainan hormonal bisa menyebabkan seseorang menjadi lebih tinggi dari biasanya. Misalnya, gigantisme yang disebabkan terlalu banyak hormon pertumbuhan manusia yang diproduksi oleh tumor kelenjar hipofisis.

2. Nutrisi

Meskipun makan lebih banyak sayuran tidak secara otomatis bisa membuat seseorang lebih tinggi. Namun, mendapatkan nutrisi yang cukup sangat penting selama masa pertumbuhan, termasuk tinggi badan.

Pola makan yang didasarkan pada makanan utuh dan bergizi dapat memastikan seseorang tumbuh setinggi sesuai gen keluarganya. Di sisi lain, pola makan yang buruk bisa menyebabkan tinggi badan lebih pendek dibandingkan dengan orang tuanya.

3. Akses makanan sehat

Akses terhadap makanan sehat tidak selalu mudah bagi semua keluarga. Anak-anak dengan status sosial ekonomi yang kurang baik berisiko pada kurangnya akses layanan kesehatan yang memadai. Ini yang bisa menyebabkan tinggi badan menjadi lebih pendek dari gen.

4. Jenis kelamin

Pada awalnya anak laki-laki tumbuh lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Itu karena perbedaan tahap pubertas.

Namun, secara keseluruhan laki-laki dewasa cenderung memiliki rata-rata 14 cm lebih tinggi dibandingkan perempuan dewasa.

5. Kelainan bawaan

Beberapa kondisi yang muncul saat lahir bisa menentukan tinggi badan seseorang. Misalnya achondroplasia (dwarfisme), adalah kelainan pertumbuhan tulang langka yang diturunkan dalam keluarga.

Kelainan bawaan lain yang bisa menyebabkan perawakan pendek yang dikenal dengan sindrom Turner. Kondisi langka ini menyebabkan keterlambatan pubertas. Berbeda dengan achondroplasia, sindrom Turner tidak diturunkan dalam keluarga.

Kelainan bawaan lainnya yang menyebabkan badan lebih tinggi dari normal adalah sindrom Marfan dan Klinefelter. Sindrom Marfan disebabkan oleh pembesaran jaringan ikat.

Sementara sindrom Klinefelter terjadi saat laki-laki dilahirkan dengan salinan tambahan kromosom X. ***