Warga China Ramai-Ramai Jalani Terapi Pemurnian Darah demi Umur Panjang

Devi 24 Feb 2024, 15:43
Warga China Ramai-Ramai Jalani Terapi Pemurnian Darah demi Umur Panjang
Warga China Ramai-Ramai Jalani Terapi Pemurnian Darah demi Umur Panjang

RIAU24.COM - Tren kecantikan 'pemurnian darah' tengah viral di China. Terapi ini dipasarkan oleh salon kecantikan karena diklaim mampu memperpanjang umur hingga 20 tahun.

Diberitakan SCMP, terapi 'pemurnian darah' ini menyerupai cuci ginjal yang dimaksudkan untuk meningkatkan metabolisme dan mendektosifikasi tubuh. Para pelanggan menyebut perubahan yang paling terlihat adalah adalah warga darah dari gelap menjadi terang.

"Darah saya warnanya merah tua, bukan merah terang, hampir seperti darah haid yang tidak sehat. Setelah itu, perawat menunjukkan warna darah saya sebelum menyuntikkan ozon untuk mulai memurnikannya," kata orang tersebut.

Namun, karena popularitas pengobatannya, para ahli medis telah menyatakan kekhawatiran akan keamanannya.

Melalui media sosial China Xiaohongshu, seorang wanita mengatakan menghabiskan lebih dari Rp 73 juta untuk menjalani pemurnian darah.

"Pada akhirnya, lebih dari setengah kantong kotoran dikeluarkan. Anda tidak akan pernah tahu betapa kotornya darah Anda sampai Anda mencobanya!" tulisnya.

Hanya saja tren ini disoroti keamanannya oleh ahli medis. Para ahli berpendapat bahwa tidak ada dasar ilmiah atas klaim prosedur tersebut.

Terapi darah paling efektif yang diakui oleh pengobatan modern adalah dialisis, pengobatan penting bagi pasien gagal ginjal yang menyaring racun dari darah.

Bertentangan dengan manfaat yang diklaim dari pemurnian darah, para profesional medis memperingatkan bahwa prosedur apa pun yang melibatkan pengambilan dan injeksi ulang darah memiliki risiko yang melekat, termasuk infeksi dan potensi komplikasi akibat perawatan yang tidak tepat.

"Keamanannya dipertanyakan. Selain itu, tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa metode pemurnian ini dapat memperpanjang umur atau meremajakan kulit," kata spesialis bedah plastik dari Akademi Ilmu Kedokteran China Luan Jie. ***