Kementerian Taiwan: Hacker Mencuri Informasi Sensitif dari Perusahaan Telekomunikasi Terbesar

Amastya 2 Mar 2024, 13:26
Patung-patung dengan komputer dan smartphone terlihat di depan kata-kata 'Serangan Siber' dalam ilustrasi ini yang diambil, 19 Februari 2024 /Reuters
Patung-patung dengan komputer dan smartphone terlihat di depan kata-kata 'Serangan Siber' dalam ilustrasi ini yang diambil, 19 Februari 2024 /Reuters

RIAU24.COM Hacker atau Peretas mengambil informasi sensitif dari penyedia telekomunikasi terbesar Taiwan, termasuk dokumen militer dan resmi pemerintah dan kemudian menjualnya di web gelap, ungkap Kementerian Pertahanan Nasional negara pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

Konfirmasi kebocoran data signifikan terbaru di pulau itu diikuti oleh laporan oleh TVBS media lokal mengenai peretasan raksasa telekomunikasi Chunghwa Telecom.

Sebuah tangkapan layar dari sebuah pos di mana peretas menyatakan bahwa mereka menjual data Chunghwa Telecom 1,7 TeraBytes, termasuk kontrak pemerintah, dimasukkan dalam laporan itu.

"Analisis awal dari kasus ini adalah bahwa peretas memperoleh informasi sensitif Chunghwa Telecom dan menjualnya di web gelap, termasuk dokumen dari angkatan bersenjata, kementerian luar negeri, penjaga pantai dan unit lainnya," kementerian pertahanan mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan seperti dilansir kantor berita AFP.

Kementerian pertahanan Taiwan menyatakan bahwa kontrak Angkatan Udara yang merupakan bagian dari kebocoran Chunghwa bukan informasi rahasia, sehingga (tidak ada) kebocoran informasi.

Ia juga mengatakan bahwa korespondensi antara Departemen Angkatan Laut dan Chunghwa tidak termasuk informasi rahasia.

"Kami telah meminta kontraktor yang terlibat untuk memperkuat kontrol keamanan informasinya untuk mencegah insiden lebih lanjut," katanya dalam pernyataan itu.

Baik kementerian dalam pernyataannya maupun laporan oleh TVBS tidak mengidentifikasi para peretas. Mereka juga tidak menentukan di mana mereka berada.

Kementerian Luar Negeri Taiwan tidak mengomentari perkembangan tersebut.

Chunghwa dalam pernyataannya kepada Bursa Efek Taiwan pada hari Kamis mengumumkan bahwa mereka telah melakukan penyelidikan untuk mengklarifikasi penyebab insiden yang dicurigai.

"Saat ini, tidak ada dampak signifikan pada operasi Perusahaan," katanya, mengacu pada potensi kerugian dari pencurian data.

Pejabat pemerintah telah menyatakan bahwa ancaman dunia maya yang terus-menerus berulang adalah bentuk pelecehan zona abu-abu yang dilakukan China setiap hari, yang juga termasuk menerbangkan pesawat tempur di sekitar pulau demokratis dan mengirim kapal ke perairan sekitarnya.

(***)