Gadis Prancis Dibiarkan Koma Setelah Dihajar 3 Remaja

Amastya 6 Apr 2024, 06:02
Perguruan tinggi Arthur Rimbaud /Reuters
Perguruan tinggi Arthur Rimbaud /Reuters

RIAU24.COM - Seorang gadis berusia 14 tahun di Prancis terluka parah dan koma setelah dia dipukuli di luar sekolahnya di pinggiran kota selatan Montpellier.

Sebuah laporan oleh kantor berita AFP pada hari Kamis (4 April) mengatakan bahwa gadis itu dipukuli oleh tiga remaja.

Para penyerang ditangkap karena dicurigai melakukan percobaan pembunuhan terhadap anak di bawah umur.

Menurut jaksa, korban keluar dari komanya tetapi terluka parah dalam serangan di luar kampus Arthur Rimbaud pada Selasa (2 April) sore.

Salah satu penyerang, seorang gadis berusia 14 tahun, berada di sekolah yang sama dengan korban. Dua penyerang lainnya berusia 14 dan 15 tahun.

Pemerintah perintahkan penyelidikan atas serangan

Menteri Pendidikan Prancis Nicole Belloubet memerintahkan penyelidikan yang dipimpin kementerian atas serangan itu.

"Misi ini akan bertujuan untuk menetapkan realitas fakta dan untuk menetapkan tanggung jawab," kata Menteri Pendidikan Belloubet kepada media setempat, menambahkan bahwa korban berutang kebenaran.

Presiden Emmanuel Macron, sementara itu, menyatakan solidaritas dengan korban tetapi mendesak agar berhati-hati dalam menarik kesimpulan tentang keadaan serangan itu.

"Pada tahap ini, saya akan waspada dalam mengkategorikan hal-hal dan saya ingin kebenaran penuh dibangun dengan tenang dan kesimpulan ditarik kemudian," katanya dalam sambutan yang disiarkan televisi.

Korban diintimidasi selama 2,5 tahun

Ibu korban mengatakan kepada media wawancara bahwa putrinya telah diganggu oleh sesama murid selama dua setengah tahun.

Dia menuduh murid ini menjadi ‘sponsor’ serangan itu dan mengklaim bahwa siswi ini telah diskors selama dua hari pada Juni tahun lalu, khususnya setelah menerbitkan foto putrinya di jejaring sosial yang menyerukan agar dia diperkosa, kata laporan itu.

Serangan itu terjadi pada saat ketegangan meningkat di sekolah-sekolah di Prancis setelah puluhan pesan yang mengancam serangan dikirim melalui sistem pesan internal.

(***)