Pakar UGM Ini Ungkap Potensi Gempa di IKN: Ada Sesar Tua 

Zuratul 29 Apr 2024, 16:01
Pakar UGM Ini Ungkap Potensi Gempa di IKN: Ada Sesar Tua. (Dok. MenPANRB)
Pakar UGM Ini Ungkap Potensi Gempa di IKN: Ada Sesar Tua. (Dok. MenPANRB)

RIAU24.COM - Indonesia merupakan negara yang rentan akan gempa Bumi. Tak terkecuali ibu kota terbaru, IKN, di Kalimantan.

Ahli Gempa Bumi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gajah Madja (UGM), Ir. Gayatri Indah Marliyani mengungkap sebabnya. 

Ia menyebutkan alasan negara Indonesia rentan terkena gempa Bumi karena letaknya di Cincin Api Pasifik

Wilayah ini dikenal sebagai kawasan pergeseran lempeng.

Gayatri mengatakan sumber gempa bumi bisa berasal dari daratan maupun lautan. 

Beruntungnya, mengacu pada gempa Bumi yang selama ini terjadi, sumber gempa kebanyakan berada di tengah laut. Sebab, gempa yang terjadi di darat lebih bersifat destruktif.

"Semakin dekat dengan sumber gempa, maka semakin besar guncangannya," ujar Gayatri dalam laman UGM dikutip Senin (29/4/2024).

Potensi Gempa di IKN

Meski Kalimantan terkenal "aman" dari gempa, ternyata pulau tempat IKN berada itu tak lepas dari potensi gempa Bumi. 

Gayatri menyebut jika Kalimantan mempunyai sesar tua yang tidak terlalu aktif tetapi mempunyai potensi untuk reaktivasi.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya perencanaan pembangunan sesuai kemungkinan potensi maksimum magnitudo bila terjadi gempa bumi di IKN.

Tak hanya gempa Bumi, bencana erupsi juga potensial terjadi. 

Jika gempa Bumi sulit dideteksi sebelum kejadian, maka erupsi gunung bisa dikenali melalui tanda alam dan aktivitas gunung.

Selain itu, Dr. Muhammad Anggri Setiawan selaku Ketua Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM mengatakan di masa musim penghujan sekarang ini, risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor bisa terjadi kapan saja.

Anggri menekankan bahwa PSBA tengah melakukan studi soal kebencanaan di berbagai wilayah di Indonesia. 

Pihaknya juga mengembangkan alat sistem deteksi bencana longsor yang dinamakan SipendiL atau Sistem Peringatan Dini Longsor, sebuah alat Early Warning System yang bekerja berdasarkan pembacaan kondisi total hujan (milimeter).

"Kami terus mengkaji sistemnya baik aktivitas secara meteorologi dan geologi. Harapannya untuk meminimalisir risiko destruktif yang ditimbulkan," ujarnya.

(***)