Mantan IDF: Kalau Israel Kekeh Tetap Lanjutkan Perang di Gaza, Akan Ada Rugi Besar 

Zuratul 14 Feb 2025, 11:38
Mantan IDF: Kalau Israel Kekeh Tetap Lanjutkan Perang di Gaza, Akan Ada Rugi Besar.
Mantan IDF: Kalau Israel Kekeh Tetap Lanjutkan Perang di Gaza, Akan Ada Rugi Besar.

RIAU24.COM -Mantan jenderal militer Israel (IDF), Mayor Jenderal Armos Gilad, memberikan warning kepada pemerintah Israel. 

Hal tersebut dia sampaikan melalui Media Massa Yedioth Ahronoth dalam bentuk tulisan artikel.

Menurutnya, untuk mencapai solusi sama-sama menang, maka tidak ada cara lain, kecuali bernegosiasi dengan Hamas

Tujuan utamanya adalah membebaskan semua tahanan yang kini diamankan kelompok perlawanan.

Dalam sebuah artikel yang ditulisnya di surat kabar Yedioth Ahronoth, Gilad, yang merupakan mantan kepala departemen politik-keamanan di Kementerian Pertahanan, memperingatkan bahwa dimulainya kembali perang di Jalur Gaza “akan membahayakan nyawa para tahanan.”

Konsekuensi hal tersebut sangat mahal. Bukan hanya soal nyawa para tahanan, tapi juga reputasi pemerintah Israel yang gagal melindungi warganya sendiri di mata dunia. Hal ini juga akan mengakibatkan banyak konglomerat Yahudi di berbagai belahan dunia tak lagi bersimpati terhadap Pemerintah Israel .

Ditambah lagi kegaduhan politik dalam negeri Israel akan semakin parah. Akan terjadi upaya konsolidasi untuk menyerang pemerintah.

Komitmen Hamas 

Hamas kembali menegaskan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel pada Selasa (11/2), sambil menuduh Tel Aviv gagal memenuhi kewajibannya dan bertanggung jawab atas setiap kendala atau keterlambatan yang terjadi.

Dalam pernyataan yang dipublikasikan di Telegram, Hamas juga menolak pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengusulkan pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dengan dalih rekonstruksi.

Hamas menyebut pernyataan tersebut sebagai tindakan "rasis" dan "undangan untuk pembersihan etnis" yang bertujuan menghapus perjuangan Palestina.

Sejak 25 Januari, Trump berulang kali mengusulkan agar warga Palestina di Gaza direlokasi ke negara-negara Arab di kawasan, seperti Mesir dan Yordania. Namun, gagasan ini telah ditolak baik oleh negara-negara Arab maupun para pemimpin Palestina.

Hamas menegaskan bahwa "rencana untuk mengusir rakyat kami dari Gaza tidak akan berhasil dan akan menghadapi perlawanan dari Palestina, dunia Arab, serta negara-negara Islam yang menolak segala bentuk pemindahan paksa. Semua skema pemindahan paksa akan gagal."

(***)