Ratusan Siswa di Bogor Keracunan MGB usai Ditemukan 2 Bakteri dalam Makanan 

Zuratul 15 May 2025, 17:23
Ratusan Siswa di Bogor Keracunan MGB usai Ditemukan 2 Bakteri dalam Makanan/ (Ilustrasi MBG)
Ratusan Siswa di Bogor Keracunan MGB usai Ditemukan 2 Bakteri dalam Makanan/ (Ilustrasi MBG)

RIAU24.COM -Penyebab ratusan siswa di Bogor keracunan makan bergizi gratis (MBG) terungkap. 

Ditemukan dua bakteri yang menjadi penyebabnya, yakni Salmonella dan E Coli.

Hingga kini tercatat ada 233 orang yang menjadi korban keracunan. Mereka merupakan siswa TK hingga SMA di Bogor.

Dari 223 yang keracunan, sebanyak 45 orang menjalani rawat inap, 49 rawat jalan, dan 129 mengalami keluhan ringan.

"Kami sudah cek bahwa penyebabnya ini sudah keluar dari lab, bahwa ada istilahnya kontaminasi Salmonella dan E coli dari bakteri itu ada di air, ada di bahan baku, di telur dan juga ada di sayuran," kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana dalam konferensi pers, Rabu (14/5/2025).

Dadan mengatakan, saat mengonsumsi makanan tersebut, para korban awalnya tidak curiga terhadap makanan MBG tersebut sehingga mengonsumsinya dengan lahap. Ia mengaku prihatin atas kejadian tersebut dan berharap agar SOP tetap dijalankan.

"Jadi ini peringatan buat sesuatu yang harus kita perbaiki dan saya prihatin dengan kejadian ini karena Badan Gizi kan sudah menargetkan untuk nol kejadian," katanya.

Dadan mengatakan kejadian keracunan makanan MBG di Bogor agak berbeda dengan di tempat lain. Sebab, menurutnya, biasanya di daerah lain reaksinya langsung setelah mengonsumsi makanan MBG tersebut, tetapi di Bogor baru bereaksi setelah beberapa hari.

"Nah, ini yang di Bogor ini agak slow reaksi, reaksi lambat. Jadi makannya hari Selasa, reaksinya baru diketahui hari Rabu dan peningkatan yang mengeluhnya justru terjadi di hari Kamis dan Jumat. Jadi ini sesuatu yang sangat berbeda sehingga pada hari Rabu-Kamis itu satuan pelayanan masih tetap berjalan," katanya.

"Jadi saya minta laporan setiap saat, tapi kemudian Dinkes akhirnya turun tangan dan melihat bahwa jumlah yang mengeluh itu semakin hari semakin besar dan sehingga Dinas Kesehatan Kota Bogor menetapkan KLB," ujarnya.

(***)