Perdagangan Tiongkok Hadapi Kemunduran Pertama Sejak Mencapai Rekor Tertinggi

Amastya 29 Jul 2025, 18:31
Pemandangan udara pelabuhan Tiongkok /Reuters
Pemandangan udara pelabuhan Tiongkok /Reuters

RIAU24.COM Perdagangan Tiongkok mengalami penurunan signifikan pertamanya sejak Mei, dengan data terbaru menunjukkan penurunan arus kargo di pelabuhan-pelabuhan negara tersebut.

Pekan lalu, jumlah kontainer yang diproses turun menjadi 6,2 juta, menandai penurunan 7 persen dari pekan sebelumnya dan angka terendah sejak pekan kedua Mei.

Perlambatan ini menandakan bahwa volume perdagangan historis yang tercatat pada Mei dan Juni, ketika lebih dari 30 juta kontainer diproses per bulan, mungkin mulai kehilangan momentum.

Meskipun Mei dan Juni menandai titik puncak perdagangan Tiongkok, didorong oleh dorongan untuk menghindari tarif AS dalam perang dagang Presiden AS Donald Trump, para analis memperkirakan bahwa lonjakan aktivitas ini mungkin kini mulai mereda.

Kekhawatiran tarif, terutama ancaman bea masuk 50 persen yang masih berlangsung terhadap barang-barang Tiongkok, terus membebani perdagangan seiring AS menegosiasikan kesepakatan dengan mitra global lainnya, seperti Uni Eropa dan Jepang.

Dampak tarif AS-Tiongkok terhadap ekspor dan impor

Perdagangan Tiongkok dengan AS telah terdampak signifikan oleh ketidakpastian tarif, terutama pada paruh pertama tahun 2025.

AS memberlakukan berbagai tarif, termasuk tarif hingga 145 persen pada satu titik, yang mengurangi volume barang Tiongkok yang masuk ke AS.

Sebagai tanggapan, negara-negara seperti ASEAN dan Uni Eropa telah menjadi mitra dagang yang semakin penting, sehingga mengurangi kerugian dalam pengiriman barang ke AS.

Meskipun terjadi penurunan ekspor ke AS, perdagangan domestik tetap tangguh.

Menurut Kementerian Perhubungan, pelabuhan-pelabuhan Tiongkok menangani total arus kargo sebesar 8,9 miliar ton pada paruh pertama tahun 2025, meningkat 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Logistik domestik meningkat 5 persen, sementara perdagangan luar negeri tumbuh 1,8 persen.

Pertumbuhan arus peti kemas, yang mencapai 170 juta TEU (unit setara dua puluh kaki), naik 6,9 persen dari tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa perekonomian domestik Tiongkok sebagian besar mampu bertahan di tengah ketidakpastian global.

Ketegangan geopolitik dan dampak yang lebih luas pada logistik

Di tengah perlambatan akibat tarif, sektor logistik Tiongkok secara keseluruhan terus menunjukkan ketahanan.

Nilai total logistik sosial pada paruh pertama tahun 2025 tumbuh sebesar 5,6 persen mencapai 171,3 triliun yuan (US$23,86 triliun), yang menunjukkan kuatnya permintaan domestik.

Logistik industri, khususnya, naik sebesar 5,8 persen, didorong oleh permintaan yang kuat di sektor-sektor seperti manufaktur berteknologi tinggi dan produksi peralatan.

Peningkatan impor komoditas curah, seperti minyak mentah dan cip semikonduktor, semakin menunjukkan ekosistem logistik yang terdiversifikasi dan tangguh.

Namun, efek berantai dari ketidakpastian tarif tetap ada, terutama mengingat potensi penerapan tarif baru oleh AS.

Perlambatan arus kargo dan pergeseran pola perdagangan global menunjukkan bahwa lanskap perdagangan Tiongkok sedang berkembang, dengan dampak jangka panjang dari kebijakan tarif yang masih berlangsung.

(***)