Uni Eropa Berencana untuk Meningkatkan Tarif Impor Minyak Rusia

Amastya 25 Sep 2025, 17:53
Komisi Eropa/ AFP
Komisi Eropa/ AFP

RIAU24.COM Komisi Eropa menyatakan pada hari Rabu (24 September) bahwa mereka berencana untuk menaikkan tarif impor minyak Rusia.

Langkah ini diperkirakan akan menjadi bagian dari paket sanksi ke-19 yang akan datang yang menargetkan Rusia.

Hal ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menuntut agar Eropa menghentikan impor energi dari Moskow sebelum menyetujui sanksi yang lebih berat terhadap Moskow terkait perang di Ukraina.

Uni Eropa telah memangkas sekitar 90 persen impor minyaknya dari Rusia sejak invasi Moskow dilancarkan ke Ukraina pada tahun 2022.

Berbicara di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pada hari Selasa (23 September), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Tiongkok dan India adalah ‘pendana utama’ perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.

Trump juga menuntut agar sekutu Eropa, termasuk negara-negara NATO, segera berhenti membeli minyak dari Rusia.

"Tiongkok dan India adalah penyandang dana utama perang yang sedang berlangsung dengan terus membeli minyak Rusia," kata Trump dalam pidatonya di Debat Umum Sidang ke-80 Majelis Umum PBB.

"Saya baru tahu seminggu yang lalu bahwa bahkan negara-negara NATO pun mendanai perang. Bahkan negara-negara NATO pun tidak menghentikan pasokan energi Rusia," ujarnya saat berpidato di Sidang ke-80 Majelis Umum PBB di New York City.

“Hal ini memalukan bagi mereka, dan sangat memalukan bagi mereka ketika saya mengetahuinya. Mereka (negara-negara Eropa) harus segera menghentikan semua pembelian energi dari Rusia. Jika tidak, kita semua hanya membuang-buang waktu," tambah Trump.

Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kepada Trump dalam sebuah pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Selasa bahwa Brussels ingin mengenakan tarif pada pasokan minyak yang masih masuk ke Uni Eropa.

"Kami akan, pada waktunya, menyampaikan apa yang kami pikirkan mengenai hal ini," kata juru bicara Uni Eropa Olof Gill, Rabu.

(***)