Taliban Bebaskan Warga Negara AS Setelah Kunjungan Utusan Sandera

Amastya 29 Sep 2025, 14:55
personel keamanan Taliban di dalam kendaraan di Zaranj, provinsi Nimruz, Afghanistan /AFP
personel keamanan Taliban di dalam kendaraan di Zaranj, provinsi Nimruz, Afghanistan /AFP

RIAU24.COM Taliban yang berkuasa di Afghanistan membebaskan seorang warga negara AS dari tahanan pada hari Minggu setelah kunjungan utusan sandera Washington, Adam Boehler.

Warga negara AS Amir Amiry, yang telah ditahan di Afghanistan sejak Desember 2024, dibebaskan setelah mediasi oleh Qatar dan sedang dalam perjalanan ke Doha.

Kunjungan Boehler terjadi seminggu setelah Presiden AS Donald Trump mendesak Taliban untuk mengembalikan kendali pangkalan udara Bagram ke Amerika Serikat, mengancam hal-hal buruk akan terjadi pada Afghanistan jika tidak.

Amiry adalah warga negara AS kelima yang dibebaskan oleh Taliban tahun ini berkat mediasi Qatar.

Sebelumnya pada bulan September, sepasang suami istri Inggris yang ditahan selama delapan bulan, dibebaskan.

"Saya ingin berterima kasih kepada Qatar karena telah membantu mengamankan kebebasannya," kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di X, mengonfirmasi pembebasan tersebut.

"Presiden telah menegaskan bahwa kami tidak akan berhenti sampai setiap orang Amerika yang ditahan secara tidak adil di luar negeri kembali ke rumah," tambahnya.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan dalam sebuah pernyataan, "Amerika Serikat menyambut kepulangan warga negara AS, Amir Amiry, yang ditahan secara tidak sah di Afghanistan. Kami menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Qatar, yang kemitraannya yang kuat dan upaya diplomatiknya yang tak kenal lelah sangat penting dalam mengamankan pembebasannya."

“Kepulangan ini mencerminkan tekad pemerintahan ini, yang diperkuat oleh Perintah Eksekutif presiden baru-baru ini, untuk melindungi warga negara AS dari penahanan yang salah di luar negeri,” tambahnya.

"Meskipun ini menandai langkah maju yang penting, masih banyak warga Amerika yang ditahan secara tidak adil di Afghanistan. Presiden Trump tidak akan beristirahat sampai semua warga negara kita yang ditawan kembali ke rumah," demikian pernyataan tersebut.

Pangkalan Bagram yang menjadi target Trump digunakan oleh pasukan AS setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Pangkalan ini merupakan salah satu pangkalan yang diambil alih oleh gerakan Taliban setelah penarikan pasukan Amerika pada tahun 2021 dan penggulingan pemerintah yang didukung AS di Kabul.

(***)