Para Ilmuwan Hidupkan Kembali Virus Purba Berusia 40.000 Tahun dengan Potensi Pandemi dari Es Arktik
RIAU24.COM - Layaknya film horor fiksi ilmiah, para ilmuwan telah menghidupkan kembali makhluk hidup menular purba yang berpotensi menumpang pada hewan dan pada akhirnya menyebabkan pandemi manusia berikutnya.
Mikroorganisme ini dilaporkan membeku di Alaska selama hampir 40.000 tahun.
Namun kini, para peneliti dari University of Colorado Boulder mencairkan sampel permafrost purba—campuran tanah beku, batu, dan es—dan menemukan bahwa setelah menghangat, mikroba tersebut perlahan kembali hidup.
Bagaimana virus purba yang tidak aktif menjadi hidup?
Awalnya, tidak terjadi apa-apa.
Namun dalam beberapa bulan, mikroorganisme yang telah lama dorman ini mulai membentuk koloni yang berkembang pesat, memicu kekhawatiran tentang apa lagi yang mungkin muncul seiring mencairnya Arktik, menurut Daily Mail.
“Ini sama sekali bukan sampel yang mati,” kata Dr. Tristan Caro, seorang ahli geosains yang memimpin penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Biogeosciences.
Mikroba yang tak kasat mata ini dikumpulkan dari Terowongan Penelitian Permafrost Alaska di dekat Fairbanks — sebuah lorong bawah tanah yang dikenal sebagai kuburan es.
Para ilmuwan menginkubasi sampel pada suhu antara 3°C dan 12°C untuk mensimulasikan musim panas Arktik yang menghangat.
Dalam waktu enam bulan, komunitas mikroba telah berubah secara dramatis, membentuk biofilm — lapisan bakteri berlendir yang sulit dihilangkan.
Bisakah virus purba ini menginfeksi manusia?
“Meskipun mikroba ini kemungkinan besar tidak dapat menginfeksi manusia, para peneliti memperingatkan bahwa mereka tetap dapat menimbulkan risiko serius,” kata tim di balik kebangkitan mereka.
Saat mereka bangkit kembali, mereka melepaskan karbon dioksida dan metana — gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim.
“Namun, musim panas Arktik yang lebih panjang dan hangat dapat mempercepat proses ini,” kata Dr. Caro.
"Anda mungkin mengalami satu hari yang panas di musim panas Alaska, tetapi yang jauh lebih penting adalah perpanjangan musim panas hingga suhu hangat ini berlanjut hingga musim gugur dan semi," tambahnya.
Kemampuan mikroorganisme ini untuk bertahan hidup puluhan ribu tahun menimbulkan kekhawatiran yang lebih mendalam.
Para ahli khawatir bahwa mencairnya lapisan es abadi suatu hari nanti dapat mengungkap bakteri atau virus purba yang mampu menginfeksi inang modern.
Dr. Brigitta Evengård, pakar penyakit menular dari Swedia, memperingatkan bahwa lapisan es abadi dapat melepaskan bakteri yang resistan terhadap antibiotik.
"Dua bakteri yang kita ketahui dapat muncul dari lapisan es abadi adalah virus antraks dan cacar; selain itu, ini seperti kotak Pandora," ujarnya kepada Greenpeace.
Studi lain, yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society B, menemukan bahwa mencairnya gletser meningkatkan risiko ‘limpahan virus’ — ketika virus berpindah ke spesies inang baru.
Saat air lelehan mengalir ke danau-danau Arktik, patogen purba dapat menemukan rute baru untuk menginfeksi hewan, atau bahkan manusia.
(***)