Ketika Israel Menyetujui Tahap Pertama Rencana Trump untuk Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera di Gaza
RIAU24.COM - Pemerintah Israel telah resmi meratifikasi perjanjian gencatan senjata dengan Hamas, yang membuka jalan bagi penghentian perang yang menghancurkan di Gaza dalam waktu 24 jam dan pembebasan semua sandera dalam 72 jam berikutnya.
Kabinet Israel menyetujui kesepakatan tersebut pada Jumat pagi, sekitar 24 jam setelah para mediator mengumumkan fase pertama perjanjian damai Donald Trump.
Dalam sebuah unggahan di X, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menulis, "Pemerintah baru saja menyetujui kerangka kerja pembebasan semua sandera – baik yang hidup maupun yang meninggal."
Juru bicara pemerintah Israel, yang menguraikan kronologi peristiwa yang akan terjadi sesuai perjanjian, mengatakan gencatan senjata akan berlaku dalam waktu 24 jam setelah pemerintah menyetujui kesepakatan tersebut.
Setelah periode 24 jam tersebut, para sandera yang ditawan di Gaza akan dibebaskan dalam waktu 72 jam.
Kepala Hamas di Gaza yang diasingkan, Khalil Al-Hayya, mengatakan ia telah menerima jaminan dari Amerika Serikat dan mediator lain bahwa perang telah berakhir.
Menurut Reuters, 20 sandera Israel diyakini masih hidup di Gaza, sementara 26 orang diduga tewas, dan nasib dua orang belum diketahui.
Meskipun Hamas setuju untuk membebaskan semua sandera, Hamas juga mengatakan bahwa proses evakuasi jenazah korban tewas mungkin membutuhkan waktu.
Pertanyaan-pertanyaan kunci masih belum terjawab
Meskipun tahap pertama dari rencana 20 poin Trump telah disetujui dan memicu perayaan di Gaza dan Tel Aviv, beberapa masalah penting masih belum terselesaikan terkait masa depan jangka panjang Jalur Gaza.
- Ketidakpastian menyelimuti komitmen Hamas terhadap pelucutan senjata seperti yang diuraikan dalam rencana.
- Pertanyaan terus berlanjut tentang Hamas yang melepaskan pemerintahannya atas Jalur Gaza.
- Laporan menunjukkan bahwa militer AS sedang bersiap untuk mengerahkan hingga 200 tentara ke Israel guna membantu logistik, transportasi, rekayasa, dan perencanaan. Namun, belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan atau sampai kapan AS akan mengerahkan militernya.
- Karena rencana perdamaian Gaza telah gagal berkali-kali, masih terdapat ketidakpastian apakah rencana 20 poin Trump akan benar-benar berhasil dalam menyelesaikan masa depan jangka panjang Jalur Gaza.
- Meskipun ada kesepakatan, ledakan masih dilaporkan di Gaza selatan, meningkatkan kekhawatiran tentang stabilitas.
(***)