Trump-Xi Jinping Bahas Taiwan dan Perang Rusia-Ukraina Lewat Panggilan Telepon
RIAU24.COM - Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin (24 November) bahwa ia telah melakukan percakapan telepon yang sangat baik dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang membahas Ukraina dan Rusia.
"Saya baru saja melakukan percakapan telepon yang sangat baik dengan Presiden Xi dari Tiongkok. Kami membahas banyak topik termasuk Ukraina/Rusia, Fentanil, Kedelai dan Produk Pertanian lainnya, dll," tulis presiden Amerika tersebut di Truth Social.
"Hubungan kita dengan Tiongkok sangat kuat!" tulis presiden, seraya menambahkan, "Kita sepakat bahwa penting bagi kita untuk sering berkomunikasi, dan saya sangat menantikannya," tambahnya.
Sementara itu, media Tiongkok melaporkan bahwa Xi Jinping juga membahas isu Taiwan yang sedang berlangsung dengan presiden AS.
Presiden Tiongkok mengatakan bahwa kembalinya Taiwan ke Tiongkok merupakan bagian penting dari tatanan internasional pascaperang, lapor kantor berita pemerintah Xinhua.
"Tiongkok dan Amerika Serikat pernah berjuang berdampingan melawan fasisme dan militerisme, dan sekarang harus bekerja sama untuk mengamankan hasil Perang Dunia Kedua," kata Xi seperti dikutip Xinhua.
Beijing sebut pernyataan Takaichi soal Taiwan telah melewati batas
Menteri Luar Negeri Beijing, Wang Yi, melancarkan serangan verbal terhadap Tokyo. Ia mengatakan pernyataan Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, melewati batas.
Ia juga mengatakan bahwa Tiongkok harus menanggapi dengan tegas komentar tersebut untuk menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan pencapaian pascaperangnya.
"Sangat mengejutkan bahwa pemimpin Jepang saat ini telah secara terbuka mengirimkan sinyal yang salah dengan mencoba melakukan intervensi militer dalam masalah Taiwan, mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak dikatakan, dan melewati batas merah yang seharusnya tidak disentuh," kata Wang dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri pada hari Minggu.
“Hal ini tidak hanya untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Tiongkok, tetapi juga untuk mempertahankan pencapaian pascaperang yang diraih dengan darah dan nyawa, serta untuk menegakkan keadilan internasional dan hati nurani manusia,” tambah menteri tersebut.
(***)