Merz dari Jerman Memperingatkan Campur Tangan Rusia dalam Pemungutan Suara Armenia

Amastya 10 Dec 2025, 12:00
Menteri Luar Negeri Jerman, Merz, memperingatkan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu Armenia/ AFP
Menteri Luar Negeri Jerman, Merz, memperingatkan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu Armenia/ AFP

RIAU24.COM Kanselir Jerman Friedrich Merz pada hari Selasa memperingatkan kemungkinan campur tangan Rusia dalam pemilihan parlemen Armenia tahun depan, dengan mengatakan Moskow berusaha mencegah hubungan yang lebih erat antara negara Kaukasus yang terkurung daratan itu dan Uni Eropa.

"Sudah menjadi hal yang menyedihkan bahwa pemilihan diserang oleh musuh-musuh demokrasi," kata Merz dalam konferensi pers di Berlin bersama rekannya dari Armenia, Nikol Pashinyan.

Merz menuduh Rusia berusaha menakut-nakuti para pemilih di Armenia dan menyebarkan kebohongan tentang tujuan dan nilai-nilai Uni Eropa melalui disinformasi dan sabotase.

"Bukan hanya Eropa yang coba digoyahkan oleh Rusia melalui cara-cara hibrida, tetapi juga Armenia," tambahnya.

Pada bulan Maret, parlemen Armenia mengesahkan rancangan undang-undang yang meluncurkan upaya negara tersebut untuk menjadi anggota Uni Eropa, seiring negara yang secara historis bersekutu dengan Rusia ini semakin menjauh dari pengaruh Moskow.

Menurut terjemahan yang diberikan oleh kantor kanselir Jerman, Pashinyan mengatakan pada konferensi pers bahwa Armenia telah mengalami pemilihan umum pada tahun 2021 dalam keadaan yang sangat sulit dan bahwa negara tersebut memiliki pengalaman dengan disinformasi.

Rusia disalahkan oleh badan keamanan Barat atas serangkaian penerbangan pesawat nirawak, tindakan sabotase, serangan siber, dan kampanye disinformasi daring di Eropa, yang telah meningkat sejak invasi skala penuh Moskow ke Ukraina pada tahun 2022.

Merz mendorong Pashinyan untuk lebih dekat dengan Uni Eropa, dengan mengatakan "sekarang ada kesempatan bersejarah bagi Armenia untuk memulai jalan menuju Eropa, tetapi harus memenuhi banyak syarat untuk bergabung dengan Uni Eropa, termasuk kriteria Kopenhagen.”

Pada bulan Agustus, Armenia dan musuh bebuyutannya, Azerbaijan, berkomitmen untuk berdamai setelah puluhan tahun konflik teritorial dalam kesepakatan yang dimediasi oleh Gedung Putih.

(***)