Menu

Bupati Alfedri Minta Generasi Muda Ikut Wujudkan Siak Hijau

Lina 11 Oct 2019, 13:54
Perhelatan Festival Kabupaten Lestari (FKL) 2019 (foto/lin)
Perhelatan Festival Kabupaten Lestari (FKL) 2019 (foto/lin)

RIAU24.COM - SIAK- Perhelatan Festival Kabupaten Lestari (FKL) 2019 yang tahun ini digelar di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, dimulai hari ini. Rangkaian acara di hari pertama dilaksanakan di Gedung Daerah Kabupaten Siak, dengan Tema “Lokakarya Wirausaha Muda, untuk Siak Kreatif Lestari”.

“Acara lokakarya ini sangat baik karena diharapkan bisa mendorong semangat kewirausahan generasi muda di Kabupaten Siak. Dengan banyaknya narasumber yang dihadirkan dari berbagai daerah di Indonesia, semoga bisa memberi manfaat dan menginspirasi generasi muda Siak sehingga bisa menyongsong Indonesia hijau yang diawalli dengan menerapkan Visi Siak Hijau”.

zxc1

Sejak tahun 2014 dan 2015, kebakaran hutan dan lahan menimpa Kabupaten Siak sehingga menimbulkan banyak kerugian mulai dari gangguan kesehatan, kerugian ekonomi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan lain-lain. 

Di tahun 2018 Pemerintah Kabupaten Siak menerbitkan Peraturan Bupati No. 22/2018 tentang Inisiatif Siak Hijau yang memuat pengaturan zonasi tata ruang untuk konservasi, perkebunan, industri, dan pemukiman. Peraturan ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah Kabupaten Siak, masyarakat, dan pihak swasta menuju pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat Siak. Hingga kini, Kabupaten Siak secara konsisten bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil menganalisa penyebab terjadinya kebakaran dan meninjau peraturan daerah untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

zxc2

Atas inisiatif-inisiatif tersebut Kabupaten Siak kini telah berhasil mengurangi deforestasi, menggalakkan konservasi dan restorasi gambut, menangani dan mencegah kebakaran hutan dan lahan, mengembangkan ekowisata, serta memanfaatkan pemanfaatan varietas bernilai ekonomi ramah gambut di lahan Tanah Objek Reformasi Agraria (TORA).


“Peran generasi muda sangat penting untuk mewujudkan visi Kabupaten Siak Hijau, terutama dalam upaya memastikan  lahan gambut di kabupaten siak dikelola dgn baik dan menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat,” kata Alfedri.

Lokakarya yang diikuti oleh lebih dari 150 siswa-siswi sekolah menengah dan komunitas UMKM di Riau ini, hadir sejumlah narasumber seperti, Eko Suroso Duta petani muda asal Kediri,  Davit Manalu project cordinator Du'Anyam, Farhaniza CEO PT Yagi Natural Indonesia, Clorinda Wibowo platform lead Pantau Gambut, Lishia Erzha CEO Asyx, Ade Putri Paramadita Cullinery Story Teller, dan Fitra Aulia City Manager Tokopedia Lampung dan Pekanbaru.

Eko Suroso petani nenas asal Kediri, Jawa Timur, mengajak anak muda di Siak untuk Bertani. Salah satunya Bertani nenas seperti yang ia lakukan, karena Siak ini kaya akan lahan gambut yang sangat produktif untuk ditanami nanas. “Bertani Nenas sangatlah mengasyikan, kita bisa  selalu berinovasi, contohnya seperti menggunakan media sosial sambil Bertani, sebagai media promosi,” kata Eko.

Sementara Davit Manalu project cordinator Du'Anyam mengatakan inovasi dalam berusaha diantaranya mengikuti pelatihan dan perbaikan produk, karena pasar tidak akan mau dengan barang yang sama. Selalu berinovasi dan perbaikan berulang-ulang dan yang terpenting harus mengetahui segmen pasar.  “Just do it..Pokoknya lakuin aja dulu. Pilihannya kalo nggak mau jadi karyawan ya jadi Wirausaha"  ungkap David

Di sesi pertama, Fithra Aulia City manager Tokopedia lampung dan Pekanbaru menyampaikan sebuah kesempatan baru bagi pemerintah dan generasi muda di Siak. “Tokopedia membuka pintu untuk bekerjasama dengan kab siak, dalam rangka mendirikan Tokopedia centre dengan harapan bahwa kita bisa merangkul UMKM yang ada di Siak, ataupun pemuda atau komunitas Siak, untuk bisa menciptakan peluang-peluang usaha yang nantinya bisa dikenal, bukan hanya di Pekanbaru ataupun Provinsi Riau, tapi itu bisa kita eksplor sampai ke daerah lain.”

Tokopedia juga bersedia memberikan banyak jalan agar generasi muda siak bisa meningkatkan kapasitas dalam wirausaha. “Tokopedia siap memberikan coaching clinic, Tokopedia class, ataupun bentuk materi yang lainnya. Tergantung dari kesiapan pemda untuk menjalin kerjasama dengan tokopedia. Kerjasama ini pun tidak tertutup pada pemerintah daerah, artinya terbuka bagi komunitas, pelaku usaha, UMKM manapun bisa berhubungan dengan tokopedia," kata Fithra.

Di Sesi kedua setelah istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan “Nonton Bareng Lestari” dan “Bincang Lestari: Ubah Perilaku Sehari-Hari untuk Mewujudkan Siak Hijau”. Dalam acara ini diputar beberapa film yang dibuat oleh Pantau Gambut, menceritakan kekayaan alam Gambut di Papu dan Kalimntan, dan betapa pentingnya fungsi hutan gambut bagi masyarakat. Salah satu film yang juga menyedot perhatian peserta adalah film dokumenter “Pulau Plastik” yang menceritakan perjalanan Gede Robi vokalis grup music Navicula menelusuri penggunaan plastic sekali pakai di Pulau Bali.

Dalam diskusi yang menghadirkan Clorinda Wibowo dari Pantau Gambut, Andre Christian Ketau Umum Hutan Itu Indonesia, Andre Danajaya dari Kopernik, Robi Navicula, serta Nanda Noor dari WRI, peserta dibawa menyelami isu-isu lingkungan yang sangat perlu mendapatkan dukungan dari generasi muda.

“Kendala memerangi plastik itu hanya masalah ketidakmauan, kalau kita mau dan punya tekat kita bisa bergerak untuk melakukan upaya pengurangan plastik sekali pakai. Bukan mustahil dari sisi regulasi, pilihan ada di tangan kita untuk bergerak” ungkap Robi.

Acara lokakarya ditutup dengan acara “Belajar dari Alam”, yaitu kelas paralel yang bisa diikuti oleh para peserta. Kelas Kuliner dipandu oleh Restoran Kaum, Jakarta bekerjasama dengan warga lokal, salah satunya membuat  minuman bernama “Salam Lestari” dengan bahan dari nanas, jeruk kesturi dan cabai merah. Selain itu dibuat juga Gulai Rajungan Terong, sate lilit dan ayam sisit yang bahan-bahannya bisa ditemukan di kabupaten Siak. Kelas membuat sabun dari buah nanas dan pembersih lantai dari kulit nanas yang dipandu oleh Yagi Natural, Aceh. Selain itu ada juga kelas membuat pewarna alami dari daun mangga, daun senduduk dan daun-daun tanaman liar yang ada di Kabupaten Siak, kelas ini dipandu Warlami yang berasal dari kota Bandung. Kelas kerajinan lestari dipandu oleh Du’Anyam dan pengrajin lokal Siak untuk membuat kerajinan dari lidi sawit dan pandan. Kelas terakhir yang mengangkat Digital Creative Content dipandu oleh Big Change Jakarta dan komunitas Explore Siak memadukan pelatihan langsung membuat konten tentang materi kelas lainnya. 

Festival Kabupaten Lestari di Kabupaten Siak yang diselenggarakan hingga tanggal 13 oktober mendatang ini merupakan Festival kedua dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL). Tahun lalu festival ini dilaksanakan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. (R24/Lin)