Menu

Bikin Merinding, Begini Penilaian Seorang Penulis Terkenal China tentang Negaranya

Siswandi 7 Apr 2019, 01:01
Bendera China, ilustrasi.
Bendera China, ilustrasi.

RIAU24.COM -  Seorang penulis terkenal asal China, Liao Yiwu, memberikan penilaian yang cukup mengejutkan, sekaligus membuat merinding. Penilaian itu disampaikan saat peluncuran buku terbarunya yang berjudul "Bullets and Opium" di Prancis.

Meski baru dirilis, namun saat ini buku tersebut telah dilarang beredar di China.

Menurutnya, China merupakan ancaman bagi seluruh dunia. Sehingga,  akan lebih baik bagi umat manusia jika China terbagi menjadi menjadi 10 negara atau lebih.

"Impian saya adalah bahwa China terbagi menjadi 10 atau lebih negara. Karena China saat ini adalah ancaman bagi seluruh dunia," ujarnya seperti dikutip kantor berita AFP, Sabtu 6 April 2018 tadi malam.

Untuk diketahui, Liao pernah dipenjara karena menulis puisi berjudul "Pembantaian" tentang aksi protes di Lapangan Tiananmen.

Dilansir detik, dalam buku terbarunya itu, Liao mengangkat kisah-kisah puluhan korban pembantaian di Tiananmen, ketika pasukan China membunuh ribuan demonstran pro-demokrasi di Beijing pada tahun 1989 silam.

Pembantaian yang juga dikenal sebagai "Insiden 4 Juni" itu merupakan hal yang sangat tabu di China.

Liao sendiri telah mengasingkan diri ke Berlin, Jerman, sejak tahun 2011 lalu.

"Kembali ke China bukan masalah besar bagi saya. Saya ingin kembali ke kampung halaman saya di Sichuan -- ketika negara itu merdeka. Maka saya akan senang untuk kembali," tambahnya.

Lebih lanjut, Liao mengakui dirinya sangat pesimistis akan negaranya di bawah pemerintahan otoriter Presiden Xi Jinping. "Tiga puluh tahun lalu, kami pikir kami bisa berkembang menuju demokrasi. Saat ini, semuanya adalah soal menghasilkan uang," ujarnya lagi.

Liao pun bersikeras bahwa Tiananmen merupakan titik balik yang besar dalam sejara China baru-baru ini. "Bagi saya, juga untuk semua China, itu adalah momen bencana," tutur pria berusia 60 tahun.

"Anda tak bisa menyebut pembantaian itu di China, itu tabu. Perjuangan saya adalah membuat kebenaran tentang apa yang terjadi diketahui oleh sebanyak mungkin orang," tandasnya. ***