Menu

Bikin Jokowi Kesal, Ternyata Ini Biang Kerok Penyebab Mahalnya Harga Gas di Tanah Air

Siswandi 7 Jan 2020, 13:21
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Presiden Joko Widodo (Jokowi) dibuat kesal karena mahalnya harga gas industri di Tanah Air. Padahal, gas sangat dibutuhkan untuk mendorong sektor industri. Saking kesalnya, Jokowi sempat ingin berkata kasar.

Lalu pertanyaannya, mengapa gas industri begitu mahal di Tanah Air? 

Menurut pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, sebenarnya ada tiga permasalahan yang harus diselesaikan jika Jokowi ingin harga gas industri lebih terjangkau. Dalam pandangannya, tiga masalah ini yang menjadi biang kerok penyebab mahalnya gas industri. 

"Ada permasalahan krusial di industri gas yang harus diselesaikan ya. Nah menurut saya ada tiga masalah utama yang harus diselesaikan. Yang pertama adalah ketercukupan pipa gas ya," lontarnya, Selasa 7 Januari 2020.

Dilansir detik, Fahmy mengatakan, gas tidak bisa diangkat menggunakan moda transportasi, baik darat maupun udara. Sehingga untuk proses distribusinya harus menggunakan  pipa. Namun dia menilai ketersediaan pipa gas di Tanah Air belum mencukupi.

"Nah pembangunan pipa itu selama ini belum mencukupi dan PGN lah satu-satunya yang mau membangun tadi sehingga tidak cukup," sebutnya.

Selain itu, panjangnya rantai distribusi gas hingga sampai ke pelanggan, dalam hal ini pelaku industri yang membutuhkan gas, juga ikut menjadi penyebab. 

"Jadi ada beberapa trader non pipa yang dia ikut bermain di distribusi tadi dan dia dapat jatah gas, kemudian dia menjualnya juga ke PGN dan Pertagas yang punya pipa. Nah ini menjadi penyebab gitu ya," ujarnya.

Sedangkan yang ketiga adalah karena memang harga gas di hulu pada dasarnya sudah tinggi sehingga mau tidak mau harga di hilir akan mahal.

"Saya kira tanpa penyelesaian tiga masalah ini maka harga gas itu akan selalu mahal ya. Meskipun lima tahun yang lalu kan Jokowi sudah mengingatkan untuk turunkan (harga gas) tapi tidak mampu karena ketiga masalah itu belum diatasi," ujarnya lagi. ***