Menu

Gara-gara Kebijakannya Ini, Donald Trump Disebut Punya Sifat Pengecut

Siswandi 27 May 2020, 10:36
Pasukan AS di Afghanistan (ilustrasi). Foto: int
Pasukan AS di Afghanistan (ilustrasi). Foto: int

"Kami tidak bertindak sebagai prajurit, kami bertindak sebagai polisi dan kami tidak dikirim ke sana untuk menjadi polisi. Tetapi, kami sudah berada di sana 19 tahun dan saya pikir itu sudah cukup. Kami ingin membawa tentara kami pulang ke rumah. Kami selalu bisa kembali jika kami memang harus," tambanya. 

Keputusan Trump ternyata mendapat kritik dari mantan analis Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Lisa Maddox. Kepada Times, Maddox menyebut penarikan pasukan dari Afghanistan bisa berakibat buruk. Tal hanya itu, Maddox juga menilai pemulangan pasukan AS bisa dianggap sebagai sikap melarikan diri dan itu adalah tindakan pengecut.

"Ini (penarikan pasukan) mengirimkan pesan kepada mitra Afghanistan kami, bahwa kami melarikan diri. Waktu lebih banyak memungkinkan untuk pergantian yang lebih baik. Itu adalah sebuah proses rumut mengingat keterlibatan pemerintah AS dalam mendukung keamanan dan tata kelola negara (Afghanistan)," ujar Maddox.

Untuk diketahui, AS sejauh ini sudah mengirimkan ratusan ribu tentaranya ke Afghanistan. Hal itu merupakan bentuk respons keras ASatas peristiwa serangan bom yang diarahkan ke gedung kembar pencakar langit World Trade Center, pada 11 September 2001.

Di bawah komando Presiden ke-43 AS, George W. Bush, 1.000 lebih personel militer dikirim ke Afghanistan, dan jumlahnya terus meningkat hingga mencapai lebih dari 10.000 tentara pada Desember 2003.

Pada masa pemerintahan Barrack Obama, jumlah pasukan AS di Afghanistan mencapai 150.000 personel pada 2010. Kemudian saat Trump naik sebagai presiden pada 2016, jumlah prajurit AS di Afghanistan sempat berkurang hingga menjadi 8.400 personel. ***

Halaman: 12Lihat Semua