Menu

Polisi Indonesia Berhasil Membunuh Pemimpin ISIL di Sulawesi

Devi 19 Sep 2021, 17:29
Foto : Aljazeera
Foto : Aljazeera

RIAU24.COM - Pasukan keamanan Indonesia mengatakan mereka telah membunuh seorang pemimpin garis keras yang terkait dengan kelompok ISIL (ISIS) dalam baku tembak pada hari Sabtu, di tengah kampanye kontraterorisme di daerah-daerah terpencil di kepulauan itu.

Operasi gabungan oleh personel militer dan polisi menewaskan Ali Kalora dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di sebuah desa di pulau Sulawesi timur pada Sabtu malam, menurut kepala militer daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Farid Makruf.

“Ali Kalora adalah teroris yang paling dicari dan pemimpin MIT,” kata Makruf.


Seorang garis keras lainnya, yang diidentifikasi sebagai Jaka Ramadhan, juga dikenal sebagai Ikrima, juga ditembak mati, kata polisi, seraya menambahkan bahwa perburuan sedang dilakukan untuk empat anggota kelompok lainnya.

Bahan peledak, senapan M16 dan dua parang juga ditemukan.

Kalora telah lolos dari penangkapan selama lebih dari 10 tahun.

Dia mengambil alih kepemimpinan MIT setelah pasukan keamanan membunuh kepala sebelumnya, Santoso. MIT berjanji setia kepada ISIL pada tahun 2014.

Ridwan Habib, seorang analis terorisme di Universitas Indonesia, mengatakan kelompok MIT yang berbasis di Sulawesi tidak mungkin selamat dari kematian pemimpinnya, meskipun ia menduga anggota yang buron akan terus melawan pasukan keamanan.

“Bagian dari ideologi mereka adalah mencari kematian karena mereka percaya kematian akan membawa mereka ke surga. Dengan kematian pemimpin mereka, mereka juga akan mencari kematian,” katanya kepada Reuters. “Saya tidak yakin akan ada pembentukan kembali [MIT] atau pemimpin baru yang terpilih.”

zxc2

MIT telah mengklaim bertanggung jawab atas beberapa pembunuhan terhadap petugas polisi dan minoritas Kristen. Pada bulan Mei, MIT membunuh empat orang Kristen di sebuah desa di Kabupaten Poso, termasuk satu orang yang dipenggal kepalanya. Pihak berwenang mengatakan serangan itu adalah balas dendam atas pembunuhan pada bulan Maret terhadap dua anggota kelompok itu, termasuk putra Santoso.

Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, telah meningkatkan pengawasan dan menindak kelompok-kelompok garis keras sejak 2002, ketika pemboman di Bali, sebuah pulau resor yang populer, menewaskan 202 orang, kebanyakan orang asing.

Polisi bulan lalu menangkap 53 orang yang diduga merencanakan serangan pada hari kemerdekaan Indonesia.