Menu

P. Ramlee Sosok Maestro yang Terpinggirkan, Hanya Makan Nasi dan Telur Untuk Bertahan Hidup

Zuratul 14 Jul 2022, 15:40
Ilustrasi/twitter
Ilustrasi/twitter

RIAU24.COM P. Ramlee seorang aktor Malaysia pada tahun 1950-an, yang bernama asli Teuku Zakaria Bin Teuku Nyak Puteh, lahir pada 22 Maret 1929 dipagi hari Raya Idul Fitri, Pineng Malaysia.

Ayahnya berasal dari Lhokseumawe, Aceh yang menikahi Che Mah Hussein pada tahun 1025 di Kubang Buaya, Butterworth, Malaysia.

Berawal dari bermain ukelele, P. Ramlee kemudian beralih ke alat musik gitar dan biola di bawah bimbingan Kamaruddin (pemimpin brass band di Penang Free School).

Ramlee kemudian bergabung dalam Orkes Teruna Sekampung dan kemudian Sinaran Bintang Sore.

Dia pernah menjadi juara lomba nyanyi yang diselenggarakan Radio Pulau Pinang pada tahun 1947 dan terpilih sebagai Bintang Penyanyi Utama Malaya.

Dalam lomba tersebut, Ramlee menggunakan huruf "P" (untuk Puteh) di awal namanya dan sejak saat itu nama P. Ramlee terus melekat hingga akhir hayatnya.

Film pertama yang dibintangi P. Ramlee adalah Chinta (1948) dengan peran sebagai penjahat dan penyanyi latar.

Kesuksesannya terus berlanjut dan berperan dalam 27 buah film antara tahun 1948 hingga 1955.

Kisah Asrama Tan Sri P. Ramlee

P. Ramlee merupakan lai-laki yang karismatik, lucu dan berwawasan. Pernah menikah sebanyak 3 kali, istri pertama Junaidah 1950, dikaruniai 2 orang anak laki-laki bernama Natsir dan Arfan, dan mereka bercerai pada tahun 1955.

Pernikahan kedua P. Ramlee dengan Noorizan Binti M. Noer pada tahun 1955. Dimana sebelumnya dia merupakan seorang permisuri Sultan Perak ke-32 yaitu Sultan Yusuf Izudinsyah, kisah ini sempat jadi kontroversi di Malaysia.

Untuk ketiga kalinya P. Ramlee menikah pada tahun 1961 dengan Puan Sri atau Salmah binti Ismail, dikenal dengan sebutan Saloma adalah artis kebangsaan Malaysia-Singapura dan seorang penyanyi. Beliau dilahirkan di Pasir Panjang, Singapura.

Maestro yang Terpinggirkan


P. Ramlee Saat Menghadiri Pesta Film Asia Pasifik untuk Film Terakhir nya 'Laksamana DO RE MI'/twitter

Bermula dari kecemburuan sutradara lain terhadap popularitas P. Ramlee dalam dunia film.

Pada tahun 1957 P. Ramlee menerbitkan sebuah film yang berjudul ‘Pancha Delima’, merupakan satu-satunya film yang disutradarai oleh P. Ramlee, tetapi ia tidak membintangi film tersebut.

Saat peneyangan film ini, Show Studio meminta kepada semua sutradara di bawah agensi nya untuk melihat film yang dibuat oleh P. Ramlee yaitu Pancha Delima.

Saat ditengah pertunjukkan, RanRan si pemilik show studio ini tiba-tiba berteriak dan meminta staf untuk menghidupkan lampu.

Ia berdiri dan memaki semua sutradara yang datang di pertunjukkan tersebut. Ia berkata “Sutradara macam apa kalian? Satu anak muda (P.Ramlee) bisa membuat film sebagus ini, kalian yang sudah berpengalaman tidak bisa membuatnya”.

Karena persoalan tersebut, beberapa dari sutradara itu melakukan pemboikotan terhadap setap pemberitaan yang berhubungan dengan P. Ramlee.

Konon katanya ada beberapa oknum sutradara yang bahkan nekat untuk mengirimkan santet kepada P. Ramlee.

Dikarenakan sikap iri dan dengki yang muncul dimana saat itu P. Ramlee sedang berada dipuncak karier nya.

Tetapi, anehnya santau atau santet tersebut tidak sampai atau tidak mengenai P. Ramlee. Hingga berkali-kali di santet juga tidak berpengaruh apa-apa.

Ternyata dibalik, kasus kekebalan santet nya P. Ramlee berawal dari sang ayah yang melarang P. Ramlee untuk menggunakan nama aslinya jika ingin menjadi seorang seniman.

Ternyata selama 25 tahun, P. Ramlee menyelami dunia hiburan tidak ada satu pun yang mengetahui nama asli dari P. Ramlee.

Nama asli P. Ramlee baru diketahui publik saat imam membacakan  bacaan talkin di pemakaman Teuku  Zakaria.

Pada tahun 1964 Merdeka Studio menawarkan kerja sama kepada P. Ramlee, dengan tawaran siap membantu dia mewujudkan impiannya membuat film warna pertamanya.

Setelah deal dengan MFS Malaysia, P. Ramlee hijrah dari Singapura ke Malaysia. Dihadapkan dengan realitas yang pahit, tawaran yang diberikan oleh Merdeka Studio ternyata bohong, zonk.

P. Ramlee merasa kecewa ketika balik kenegara sendiri, bukannya di dukung P. Ramlee malah mendapatkan cemoohan, penolakan akting, bernyanyi dari masyarakat dan media masa.

Pada saat pergelaran pesta Film Asia Pasifik, ia membawa film Laksamana Do Re Mi, dimana fim ini menjadi film terakhir yang dibuatnya

Saat itu, tidak ada seorangpun aktris dari Malaysia yang menawarkan ia untuk duduk, ia mendapatkan perlakuan diskriminasi karena ia tak sepopuler dulu lagi. Sahabatnya lah Aziz Shatar, yang menemani dan mencarikan tempat duduk untuknya. 

Pada tahun 1972 – 1973 merupakan masa suram bagi P. Ramlee. Tanpa adanya tawaran bermain film, bernyanyi, dan menjadi sutradara karena hal inilah yang menyebabkan P. Ramlee jatuh miskin. 

Hingga P. Ramlee harus mencari nafkah dari bernyanyi di pesta pernikahan bersama Saloma istrinya menjadi MC dan bahkan juru lomba.

Kejadian mengejutkan terjadi, ketika Datuk Aziz Shatar berkunjung ke kediaman beliau di Malaysia. Melihat bahwa sahabatnya itu makan hanya dengn nasi putih dan telur, tidak ada lauk lainnya yang tersedia.

(***)