Menu

Riau Pernah Jadi Investor Terbesar di Sumatera, Pengamat Ekonomi: Uangnya Kemana?

Amastya 22 Jul 2022, 10:35
Dr Eka Armas, pengamat ekonomi Universitas Riau sebut Riau pernah jadi investor terbesar di Sumatera /YouTube - Riau24 Channel
Dr Eka Armas, pengamat ekonomi Universitas Riau sebut Riau pernah jadi investor terbesar di Sumatera /YouTube - Riau24 Channel

RIAU24.COM Riau menjadi salah satu Provinsi yang memiliki angka kemiskinan sangat ekstrem akibat kurangnya perhatian yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat kalangan bawah.

Dilihat dari video yang diunggah akun YouTube Riau24 Channel pada Rabu (20/7/2022), ternyata Riau pernah melakukan investasi besar paling tinggi di Sumatera senilai 53 Triliun ditahun 2021 dan 21 Triliun ditahun 2022.

Diketahui, uang hasil investasi tersebut tidak pernah sampai ke masyarakat bawah karena adanya dugaan untuk keperluan perusahaan besar.

“Kalau dilihat uang yang 53 Triliun atau yang 21 Triliun tadi kemana, itu ke industri besar. Emang mereka yang bangun, beli barang kan, belanja modal itu kan. Investasi meningkatkan kapasitas produkasi. Kemarin kan pertamina menyuntikkan duitkan (memberikan contoh),” kata Dr Eka Armas Pailis, Pengamat Ekonomi Universitas Riau.

“Yang kecil-kecil tak terakses dia, mereka engga akses kesitu. Nah, ini sebenarnya pola fokus-fokusnya itu di pemerintah,” sambungnya.

Namun, Eka menyebutkan pemerintah telah memberi beberap program kepada masyarakat miskin seperti pendidikan gratis, kesehatan gratis, makan gratis, dan mendapatkan fasilitas kerja.

Ia juga menambahkan, pemerintah juga memberikan program ke beberapa kampus yang ada di Riau yaitu beasiswa Pemprov. Sehingga, ketika mahasiswa menyelesaikan studinya, mereka bisa langsung dibimbing dan dibina sampai mendapatkan perkerjaan.

Namun, Eka kembali mengoreksi bahwa walapun program beasiswa Pemprov membantu rakyat kecil, angka pengangguran masih tetap tinggi karena kurangnya lapangan pekerjaan.

“Faktor dari penyebab angka pengangguran terdidik tinggi itu bang karena serapan di Hilir itu tenaga kerjanya gak ada gitu (kurangnya lapangan pekerjaan). Sementara sumber daya yang masuk ke pasar kerja itu banyak, orang-orang yang siap bekerja, punya skill, punya kemampuan, permintaannya sedikit, ini gak balance dia,” pungkasnya.

(***)(dil)