Menu

SPBU Ini Jual BBM Lebih Murah dari Pertamina, Sudah Tahu?

Azhar 4 Sep 2022, 16:18
SPBU Vivo. Sumber: Internet
SPBU Vivo. Sumber: Internet

RIAU24.COM - Begitu pemerintah mengumumkan kenaikan harga beberaja jenis BBM, SPBU Vivo langsung diserbu warga.

Alasan SPBU ini diserbu warga karena harga bensin yang dijual Vivo dinilai sebagai yang paling murah dikutip dari cnnindonesia.com, Minggu, 4 September 2022.

Bukannya ikut-ikutan menaikkan harga, SPBU Vivo menurunkan harga di tengah kenaikan harga BBM Pertamina.

Untuk BBM jenis Revvo 89 harganya Rp8.900 per liter.

BBM jenis ini hampir setara dengan Pertalite milik Pertamina yang saat ini harganya Rp10 ribu per liter, naik dari Rp7.650 per liter.

Sementara untuk Revvo 92 yang sebelumnya dijual Rp17.250 per liter turun menjadi Rp15.400 per liter.

Kemudian, untuk Revvo 95 menjadi Rp16.100 dari sebelumnya Rp18.250. Bahkan, di sejumlah SPBU Vivo, terpantau stok BBM jenis Revvo 89 ludes terjual.

Untuk diketahui, jaringan SPBU Vivo berada di bawah bendera PT Vivo Energy Indonesia, perusahaan sektor hilir minyak dan gas bumi, yang resmi beroperasi di Indonesia sejak tahun 2017 lalu.

Dikutip dari kompas.com, awalnya perusahaan ini bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI), namun kemudian berganti menjadi PT Vivo Energy Indonesia.

Perusahaan penyalur BBM ini terafiliasi dengan Vitol Group, raksasa minyak yang berbasis di Swiss.

Vitol Group awalnya didirikan di Rotterdam pada 1966. Perusahaan ini juga mengembangkan jaringan SPBU di Belanda, Singapura, Inggris, Australia, dan beberapa negara di Afrika.

Vitol Group bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan penyalur BBM terbesar secara global. Pada tahun 2021 lalu, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 279 miliar dollar AS.

Dengan jaringan di lebih dari 40 negara, di tahun 2020, perusahaan multinasional ini memperdagangkan 367 juta ton minyak mentah dan produk turunannya.

Selain bermain di hilir dengan menjual BBM secara langsung melalui jaringan SPBU-nya, Vitol Group juga merambah sektor hulu dengan ikut mengebor minyak di Afrika dengan produksi sekitar 55.000 barel per hari.