Menu

Mata Uang Iran, Rial Anjlok ke Rekor Terendah di Tengah Protes Anti-Pemerintah dan Isolasi Internasional

Amastya 27 Feb 2023, 12:57
Mata uang Iran, Rial anjlok di angka terendah /Reuters
Mata uang Iran, Rial anjlok di angka terendah /Reuters

RIAU24.COM - Mata uang Iran, Rial, mencapai rekor terendah baru terhadap dolar Amerika Serikat, pada hari Minggu (26/2/2023) dengan hampir 600.000 rial terhadap dolar di pasar tidak resmi.

Kondisi itu terjadi ketika negara itu dilaporkan sedang menyaksikan protes anti-pemerintah dan untuk pertama kalinya menghadapi dampak dari gagalnya kesepakatan nuklir 2015.

Selain itu, laporan juga mengaitkan penurunan ini dengan meningkatnya isolasi internasional negara itu atas pelanggaran hak asasi manusia dan dilaporkan memasok drone ke Rusia.

Di pasar tidak resmi, satu dolar AS bernilai sebanyak 601.500 rial jika dibandingkan dengan hari sebelumnya ketika dapat diambil setidaknya 575.000, menurut Reuters.

Kondisi ekonomi yang buruk telah memaksa orang Iran untuk membentuk antrean panjang di luar kantor pertukaran dalam beberapa hari terakhir dengan harapan untuk menerima dolar yang semakin langka karena mata uang lokal telah memburuk.

Menurut pusat statistik Teheran, inflasi melonjak menjadi 53,4 persen pada Januari yang naik dari 41,4 persen pada 2021.

Di tengah kenaikan harga dan kesulitan ekonomi, orang Iran beralih ke dolar AS atau emas untuk melindungi tabungan mereka.

Selain itu, dalam upaya untuk menenangkan pasar dan meredakan permintaan mata uang AS, pada hari Sabtu, bank sentral juga mencabut larangan toko pertukaran swasta yang menjual mata uang keras di Iran.

Sebagai perbandingan, rial Iran diperdagangkan pada 32.000 rial per dolar ketika perjanjian nuklir 2015 ditandatangani, lapor Associated Press, yang telah melonggarkan sanksi terhadap Teheran karena membatasi aktivitas nuklirnya.

Namun, ketika mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian tersebut dan sanksi terhadap Iran dipulihkan, hal itu memengaruhi perekonomian negara. Langkah tersebut sejak itu menyebabkan peningkatan produksi Uranium Iran, menurut badan pengawas nuklir PBB.

Kondisi ekonomi Iran juga berkontribusi pada kemarahan yang meluas di antara warganya, sesuai laporan, sementara pejabat negara menyalahkan rencana musuh untuk mengacaukan Republik Islam.

Klaim itu dibuat dalam konteks protes nasional selama berbulan-bulan setelah kematian Mahsa Amini setelah dia ditahan oleh pihak berwenang karena dugaan pelanggaran aturan berpakaian.

Menurut laporan, protes terus berlanjut di beberapa bagian Iran meskipun pemerintah melakukan tindakan keras.

Sementara itu, Teheran juga baru-baru ini menghadapi tekanan dari Barat setelah tuduhan memasok drone ke Rusia untuk menggunakannya di tengah konfliknya dengan Ukraina, sebuah klaim yang dibantah Iran.

(***)