Menu

Setidaknya 1 Juta orang Cari Suaka di Uni Eropa Sepanjang Tahun 2022 

Zuratul 6 Jul 2023, 10:05
Setidaknya 1 Juta orang Cari Suaka di Uni Eropa Sepanjang Tahun 2022. (DW/Foto)
Setidaknya 1 Juta orang Cari Suaka di Uni Eropa Sepanjang Tahun 2022. (DW/Foto)

RIAU24.COM - Permohonan suaka di Uni Eropa pada tahun 2022 melonjak menjadi hampir satu juta, menurut laporan terbaru Badan Suaka Uni Eropa-EUAA yang dirilis hari Selasa (4/7). 

Badan itu melaporkan, ada 996.000 aplikasi suaka tahun lalu, jumlahnya 53% lebih banyak dari tahun 2021. 

Jumlah permohonan suaka itu tidak termasuk dari para pengungsi perang Ukraina. 

Kelompok pemohon suaka terbesar berasal dari Suriah, Afghanistan, Turki, Venezuela, dan Kolombia. Tujuan utama para pemohon suaka adalah Jerman, dengan sekitar 244.000 permohonan, diikuti oleh Prancis, Spanyol, Austria, dan Italia.

UE di bawah 'tekanan akut'

Di Uni Eropa, orang-orang yang melarikan diri dari perang di Ukraina juga telah diberikan status perlindungan khusus sementara. 

Sekitar 4 juta pengungsi Ukraina tinggal di Uni Eropa. Mereka bukan bagian dari hampir satu juta permohonan suaka yang diajukan tahun lalu, kata EUAA.

Badan itu mengatakan, jumlah pencari suaka yang besar memberikan "tekanan akut pada negara penerima," karena di banyak negara juga muncul ketegangan politik.

Laporan tersebut dirilis saat para pemimpin Uni Eropa sedang memperdebatkan rencana kebijakan migrasi baru, terutama bagi mereka yang telah mencapai pantai Eropa tanpa melalui jalur legal.

Rancangan kebijakan migrasi baru Uni Eropa

Uni Eropa baru-baru ini menyetujui rancangan yang mewajibkan negara-negara anggota menerima sejumlah migran berdasar kuota, atau jika tidak, harus membayar hingga 20.000 euro untuk setiap pemohon suaka yang mereka tolak.

Hungaria dan Polandia menyatakan keberatan dengan rencana tersebut. Perdana Menteri Hungaria Victor Orban mengatakan kepada televisi pemerintah pekan lalu bahwa mereka tidak akan menerapkannya.

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menyatakan keyakinannya pada rencana tersebut, dengan mengatakan, hal itu memberikan beberapa opsi kepada negara-negara anggota.

Kebijakan migrasi yang baru itu menjadi fokus utama, setelah kapal migran karam, dengan ratusan orang tewas dan menjadi salah satu bencana paling tragis di laut Mediterania belakangan ini.

(***)