Menu

Sindir Program Jokowi, Timnas AMIN: Pengembangan 14 Kota Lebih Murah di IKN 

Zuratul 23 Nov 2023, 10:40
Timnas AMIN: Pengembangan 14 Kota Lebih Murah di IKN. (Epaper Media Indonesia/Foto)
Timnas AMIN: Pengembangan 14 Kota Lebih Murah di IKN. (Epaper Media Indonesia/Foto)

RIAU24.COM -Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin menunjukkan bukti bahwa pengembangan 14 kota sekelas Jakarta lebih murah daripada membangun Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Hal ini mereka rujuk pada riset yang dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2015.

Co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin, Thomas Lembong mengatakan riset tersebut berbicara tentang berapa pendanaan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar 14 kota di Indonesia. 

Menurut dia, jumlah penduduk 14 kota tersebut adalah 18,5 juta jiwa.

"Itu mereka hitung kira-kira Rp 172 triliun," kata Thomas Lembong dalam acara Your Money Your Vote di CNBC Indonesia, Rabu (22/11/2023).

Pengusaha itu mengatakan jika dihitung kembali, maka perkiraan dana untuk membangun 14 kota besar itu agar mirip Jakarta akan meningkat di tahun 2024. 

Akan tetapi jumlahnya hanya Rp 270 triliun, hampir setengah dari dana yang dibutuhkan membangun IKN di Kalimantan Timur yang diproyeksikan berpenduduk 2 juta jiwa pada 2045.

Thomas mengatakan 14 kota yang bisa dibangun itu adalah Batam, Bangka, Bogor, Pontianak, Semarang, Surakarta, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Denpasar dan Lebak Barat

"Kita butuh Rp 270 triliun dengan angka yang sekarang ya, bandingkan kita mau menggelontorkan Rp 460 triliun untuk 2 juta penduduk di 2045," kata Thomas.

Dia mengatakan pasangan capres-cawapres Anies-Muhaimin bukannya enggan melanjutkan pembangunan IKN.

Dia mengatakan pembangunan IKN adalah proyek yang sudah dimandatkan oleh Undang-Undang.

Akan tetapi, dia mengatakan Anies-Muhaimin akan membuka konsultasi publik terlebih dahulu soal kelanjutan proyek IKN ini. 

Konsultasi publik akan mengundang perwakilan masyarakat dari berbagai unsur guna menyerap aspirasi mengenai IKN.

"Nah ini kita mengembalikan kepada keinginan untuk adanya debat publik yang terbuka di mana tidak ada ketakutan," kata dia.

(***)