Menu

Sebelum Jadi Tim Hukum Prabowo, Yusril Akui Bahwa Putusan Usia Cawapres Gibran Itu Problematik 

Zuratul 2 Apr 2024, 11:35
Sebelum Jadi Tim Hukum Prabowo, Yusril Akui Bahwa Putusan Usia Cawapres Gibran Itu Problematik. (X/Foto)
Sebelum Jadi Tim Hukum Prabowo, Yusril Akui Bahwa Putusan Usia Cawapres Gibran Itu Problematik. (X/Foto)

RIAU24.COM Yusril Ihza Mahendra mengakui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam perkara 90 tentang syarat usia minimal calon presiden dan calon wakil presiden sebuah hal yang problematik.

Hal itu disampaikan setelah Kuasa hukum tim Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Luthfi Yazid, mengungkit Yusril sebelum menjadi kuasa hukum Gibran Rakabuming Raka pernah menyatakan putusan tersebut cacat akan hukum.

Kata Luthfi, Yusril juga pernah berandai-andai jika menjadi Gibran, dia tidak akan maju sebagai cawapres. 

Sebab, putusan itu mengandung penyelundupan hukum.

"Ada seorang pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra, dia di dalam wawancara dan di berbagai media, dia mengatakan bahwa putusan nomor 90 MK itu cacat hukum secara serius. Bahkan mengandung penyelundupan hukum. Karena itu dia berdampak panjang putusan MK itu," kata Luthfi dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di gedung MK, Jakarta, Selasa (2/4).

"Sebab, itu saudara Yusril mengatakan, 'andaikan saya Gibran, maka saya akan meminta kepada dia untuk tidak maju terus pencawapresannya'. Saya mohon tanggapan dari Saudara," lanjutnya.

Yusril pun langsung menanggapi pernyataan Luthfi di persidangan. Ia sedikit mengoreksi pernyataan Luthfi.

"Saya ingin mengklarifikasi ucapan Luthfi. Kata-kata yang mengatakan, 'andaikan saya Gibran saya akan minta kepada dia', adalah kata-kata yang tidak logis. 'Andai kata saya Gibran, saya akan bersikap seperti ini', itu baru logis," ucap Yusril.

Yusril pun melanjutkan penjelasannya soal putusan perkara 90. Yusril mengakui bahwa putusan MK tersebut mengandung banyak masalah.

"Jadi yang saya ucapkan adalah andai kata saya Gibran, saya memilih saya tidak akan maju karena saya tahu bahwa putusan ini problematik," ujarnya.

Dia menuturkan putusan tersebut dalam sudut pandang filsafat moral dikategorikan cacat etik.

Namun, kata Yusril, putusan tersebut harus dipatuhi sebagai bentuk kepastian hukum.

Yusril menilai dalam filsafat hukum, persoalan keadilan dan kepastian hukum adalah suatu yang sulit dipertemukan. 

"Bahwa betul putusan 90 itu problematik kalau dilihat dari filsafat hukum, etik dan lain-lain. Tapi dari segi kepastian hukum, putusan 90 itu, jelas sekali," kata Yusril.

Dia pun bertanya balik, apakah kedua persoalan itu perlu diperdebatkan. 

"Ketika kita dihadapkan pada kasus yang konkret menurut saudara apakah kita harus berdebat tentang keadilan yang tidak berujung, atau kita harus mengakhirinya dengan kepastian hukum? Demikian pertanyaan saya".

(***)