Serunya PalmCo Goes to School di MAN 2 Pekanbaru
Bambang mengawali paparannya dengan memberikan informasi penting kepada para pelajar bahwa saat ini mereka tinggal di Provinsi dengan perkebunan sawit terluas di Indonesia yang mencapai 3,4 juta hektare. Hal itu ia sebut sebagai anugerah karena komoditas sawit merupakan salah satu penyumbang ekonomi penting, tidak hanya bagi Riau, namun secara nasional.
Hamparan sawit yang luas itu, salah satunya dikelola oleh perusahaan BUMN bernama PTPN IV Regional III, yang merupakan bagian dari Sub Holding PTPN IV PalmCo. Entitas ini, kata dia, beroperasi di berbagai kabupaten kota di Riau dan menjadi salah satu bagian dari PalmCo dengan kinerja operasional maupun finansial yang positif. Hal itu tidak terlepas dari beragam perbaikan dan transformasi yang diusung sejak satu pancawarsa terakhir.
"Di PTPN IV ini, kita tidak hanya sekadar mengelola sawit, namun juga menjadi pionir dalam penerapan ESG (enviroment social governance). Kita memiliki pembangkit tenaga biogas, dan salah satu fasilitasnya itu kemarin dapat sertifikasi perdagangan karbon pertama di Indonesia untuk sektor perkebunan," ujar Bambang disambut tepuk tangan meriah pelajar.
Meski menjadi salah satu penyumbang penting ekonomi bangsa, ia mengatakan saat ini cukup banyak mitos tentang sawit yang perlu diluruskan. Mitos itu sendiri merupakan bagian dari agenda kampanye hitam sejumlah negara penghasil minyak nabati selain sawit seperti Bunga Matahari dan Kedelai.
"Misalnya ada mitos sawit sumber penipisan ozon serta penyebab terjadinya efek gas rumah kaca. Justru faktanya, sawit mampu menyerap karbondioksida lebih besar dari pada kemampuan serap hutan itu sendiri," jelasnya.
Begitu juga mitos tanaman merupakan minyak nabati yang paling boros menggunakan air dibandingkan minyak nabati lainnya, sementara, kata dia, faktanya setelah tebu, kelapa sawit merupakan tanaman yang paling hemat dalam menggunakan air untuk setiap giga joule energi yang dihasilkan.