Megawati Desak Prabowo Basmi Buzzer, Rocky Gerung Bicara ‘Demokrasi Buzzerisme’ dan Bayangan Dinasti
“Indonesia cerah, masa depan Indonesia cerah. Saya sudah lihat angka-angkanya,” kata Prabowo, dengan nada optimistis khas pidato penutup yang ingin menghapus kesan gaduh di media sosial.
Namun, kritik Megawati kali ini terdengar lebih spesifik: ia bukan hanya menolak narasi pesimisme, tetapi juga meminta buzzer dibersihkan dari ekosistem politik. Pesan ini, meski disampaikan melalui “jalur seseorang”, punya nada yang lebih mirip ultimatum ketimbang saran.
Rocky Gerung: Dari Buzzer ke Buzzerisme
Pernyataan Megawati cepat mendapat tanggapan dari pengamat politik Rocky Gerung. Dalam tayangan kanal YouTube-nya, Kamis (15/8/2025), Rocky justru memperluas konteks pernyataan itu. Ia mengingatkan bahwa buzzer telah menjadi tulang punggung pencitraan Presiden Joko Widodo selama satu dekade terakhir.
“Buzzer itu identik dengan Jokowi. Dalam 10 tahun, kekuatan pencitraannya didasarkan pada buzzer,” kata Rocky, sembari mengisyaratkan bahwa warisan ini akan sulit diputuskan hanya dengan satu instruksi presiden baru.
Bagi Rocky, buzzer tidak sekadar aktor di belakang layar; mereka adalah bagian dari arsitektur kekuasaan. Ia menamainya “demokrasi buzzerisme” — suatu bentuk demokrasi yang tak lagi berdiri di atas perdebatan rasional, tetapi di atas amplop dan algoritma. “Itu yang bikin demokrasi kita keruh,” ujarnya.